Kamis, 15 Oktober 2020

[Book Review] Enaknya Berdebat dengan Orang Bodoh

 

 
PERCAYALAH. Buku ini sungguh-sungguh bisa menyegarkan harimu. Mendinamiskan perasaanmu. Bikin ngakak, iya. Bikin tersenyum getir, iya. Bikin cengar-cengir plus,  juga iya. Pokoknya komplet. 
 
Cengar-cengir plus? Apa pula maksudnya? Hehehe .... Maksudnya bikin ketawa-ketiwi namun sekaligus reflektif. Kok bisa? Bisa, dong. Buku ini 'kan mengajak kita (para pembacanya) untuk berpikir dan merenung. 
 
Berpikir dan merenung tentang apa? Tentang banyak hal. Tentang apa saja yang terkait dengan negeri dan hidup ini. Sang penulis 'kan mengangkat isu yang bermacam-macam. 
 
Mulai dari isu ringan hingga isu berat bin serius. Mulai dari perihal cinta hingga perihal politik. Mulai dari perkara keseharian hingga perkara yang sangat substantif dalam hidup. 
 
Kerennya, semua disampaikan dengan gaya santuy dan penuh humor. Itulah sebabnya beberapa kali aku ngakak sendirian selama membaca buku ini. 
 
Salah satu contohnya ketika membaca bab yang berjudul "Nasihat Pernikahan yang Tidak Banyak Diketahui Orang". Terkhusus subbab "Mertua Lugu". Hadeeeh. Di situ Agus Mulyadi, sang blogger kondang yang merupakan kawan si penulis, dikerjain habis-habisan. 
 
Namun, sebelumnya pun aku sudah ter-ngakak-ngakak saat membaca bab "Ketika Alumni UGM Saling Pamer Kisah Cinta di Grup Facebook Kagama". Hahahahaha! 
 
Kebetulan aku tergabung dalam grup yang dimaksud. Jadi, tahu persis apa yang diomongkan penulis. Aku 'kan ikut baca status dan komentar-komentar yang menjadi bahan tulisan bab tersebut. Yang berarti paham pula akan kekesalan hati penulis sebab permintaannya untuk bergabung di grup itu, tak kunjung dikabulkan admin. Padahal, ia sungguh-sungguh alumni UGM. Hahahahaha! 
 
Maka wajar kalau di ujung tulisan ia misuh-misuh begini:  
 
.... Akan tetapi yang lebih bangsat lagi adalah admin grup Kagama yang ada kisah soal ini. Grup yang banyak membuat orang tertawa. Namun, pas saya daftar bergabung, sampai sekarang nggak juga disetujui. (hlm 88) 
 
Entahlah bagaimana sekarang. Sudah bisa bergabung ataukah belum. Namun sepertinya, kok tetap belum. Hahahahaha!
 




Secara umum buku ini memang jauh dari kesan religius. Terlebih jika ditinjau dari diksi-diksinya. Akan tetapi, ada satu tulisan yang menurutku religius. Gaya penyampaiannya tetap kocak dan dar-der-dor memang. Namun, sungguh penuh hikmah dan sukses menampar pipiku pelan. Iya, pelan. 'Kan sekadar mengingatkan. Tidak bermaksud KDRT. Hahahaha! 
 
Tulisan itu adalah bab yang berjudul "Apakah Pembuat Indomie Goreng Masuk Surga?". Tak perlulah kukutipkan di sini semua isi tulisannya. Kepanjangan. Jadi aku kutipkan kalimat yang sukses menamparku saja, ya. 
 
.... "Tidak baik punya pikiran melantur. Pikiran yang terlalu banyak melantur itu menyiakan dua karunia Gusti Allah yang sangat penting: pikiran itu sendiri, dan waktu." (hlm 217) 
 
Lalu, bagaimana halnya dengan bab "Enaknya Berdebat dengan Orang Bodoh"? Mengapa bab tersebut yang dijadikan sebagai judul buku kumpulan esai ini? 
 
Hmm. Kalau menurutku sih, sebab eye catching. Berpotensi menarik minat dan daya kepo siapa pun yang membacanya. Sementara isi babnya cukup mewakili isi buku secara keseluruhan: hidup dengan segala perbedaan dan keresehannya itu diasikin aja, jangan dijadiin alasan halal untuk depresi. 
 
Demikian ulasan ringanku atas buku Enaknya Berdebat dengan Orang Bodoh. Semoga berfaedah maksimal. Dalam arti, bikin kalian segera mencarinya kemudian membacanya. Hahaha!
 
SPESIFIKASI BUKU
 
Judul Buku: 
Enaknya Berdebat dengan Orang Goblok
 
Penulis:
Puthut EA
 
Penerbit: 
Shira Media
 
Tahun Terbit:
2018 (Cetakan ketiga) 

Ukuran Buku:
14 x 20 cm

Tebal Buku:
viii + 236 hlm

ISBN:
978-602-5868-5-4




 

18 komentar:

  1. Hahahah judulnya bikin aku ngakak bund, pdhl belum baca review-nya. Gak kebayang isinya pasti lebih cetar. hihi.

    BalasHapus
  2. Hahaha, mba diriku langsung ngakak begitu baca judulnya. Baca reviewnya auto senyum-senyum. Belum kalo baca bukunya langsung, he, he.

    BalasHapus
  3. Caramu mereview yang kocak juga bikin aku jadi penasaran sama buku ini. Btw ada ebooknya tak? :D

    BalasHapus
  4. Aku baca judulnya udah ngekek duluan. Wah penerbitnya Shira juga ya. Nanti aku cari deh bukunya. Menarik banget hihihi

    BalasHapus
  5. Autoooo ngacunh pembaca bukunya mojok dan puthut ea. Tapi btw aku belum punnya yang ini mbak, pinjemmmm duonkkkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo japri klo seriusan. Inibuku kumiliki hasil dari reward sebab resensiku terhadap buku mak Aya dimuat KR.

      Hapus
  6. Judul bukunya kocak. Pasti isinya juga.
    Pintar yang ngarang. Apakah dari komunitas anak Kagama semua?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penulisnya satu orang. Puthut EA saja dan ia memang Kagama (alumni fakultas Filsafat)

      Hapus
  7. Sepertinya asik banget bukunya. Sampe sampe rivewnya juga seru juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahahaha! Memang seruuuu. Terima kasih telah mampir di sini.

      Hapus
  8. Seruuu juga ya bukunya Mbaa.. menghibur tapi juga ada pesan moralnya 😁

    BalasHapus

Terima kasih telah sudi meninggalkan jejak komentar di sini.