Kamis, 03 September 2020

[Book Review] AYAH Sebuah Novel



APA kabar? Sudah kangen dengan ulasan baruku? Semoga. Semoga pula kekangenan itu tidak berujung dengan kekecewaan. Maksudku, kalian jadi kecewa sebab buku yang kuulas ternyata telah kalian baca. Etaaapiiii. Sesungguhnya kalaupun kalian telah membacanya, tak jadi soal benar. Bukankah malah bisa dijadikan pembanding? Hasil kalian membaca apa? Hasilku membaca apa? Alhasil, bisa memperkaya wawasan kita. Muehehehe .... 

Baiklah. Mari segera kumulai mengulasnya. *Hmm. Jadi degdegan akutuuu. Takut ulasanku terlampau buruk.* 

..... 

Sesuai dengan judulnya, inti dari novel ini adalah kisah tentang ayah. Tepatnya tentang kasih sayang seorang ayah kepada anaknya dan sebaliknya. Tentang betapa cara mengasuh dan mendidik seorang ayah sangat berpengaruh terhadap karakter anak yang diasuh dan dididiknya. Tentang betapa kasih sayang seorang ayah bisa sedemikian besar terhadap anaknya. Meskipun anak tersebut, bukanlah anak kandungnya. 

Bahkan karena saking besarnya, seorang ayah bisa beranjak gila tatkala si anak dipisahkan darinya. Iya. Gila dalam arti yang harafiah. Yang sampai tak kuasa mengurusi dirinya sendiri. Seperti halnya yang terjadi pada Sabari. 

Siapa Sabari? Tak lain dan tak bukan, dialah sang tokoh utama novel ini. Yang hidupnya penuh penderitaan akibat cinta yang bertepuk sebelah tangan. 

Alkisah, Sabari jatuh cinta secara gila-gilaan kepada Marlena. Sejak perjumpaan pertama mereka, tatkala sama-sama mengikuti ujian seleksi masuk SMA negeri. Meskipun sejak awal Marlena terang-terangan menolaknya, Sabari tak surut sedikit pun. Bahkan, Sabari bela-belain bekerja jadi tukang cetak batako di pabrik ayah Marlena. 

Upaya Sabari sekeras apa pun, rupanya tak bikin Marlena menengok sedikit pun. Akan tetapi, suatu peristiwa diturunkan-Nya sehingga menjadi penyebab berlangsungnya pernikahan Sabari dengan Marlena. Sebuah akhiran yang tampak manis 'kan? 

Sayang sekali pernikahan itu bukan penanda dimulainya babak kebahagiaan Sabari. Justru sebaliknya, itulah babak baru dari kegilaannya. Ketulusan cinta dan kesabaran Sabari tak berarti sama sekali bagi Marlena. 

Apa boleh buat? Hidup ini memang dipenuhi orang-orang yang kita inginkan, tetapi tak menginginkan kita, dan sebaliknya. .... (hlm.162)

Pasca melahirkan bayi lelaki tampannya, Marlena tetap tak menganggap Sabari. Tatkala Sabari telaten sekali merawat dan mengasihi si bayi tampan, Marlena tetap tak peduli. Makin kerap pergi tanpa pamit selama berhari-hari. Malah akhirnya benar-benar tak pernah kembali. Yang menyambangi Sabari justru surat gugatan cerai darinya. 

Sabari masih lumayan stabil. Marlena memang meninggalkannya, tetapi si bayi tampan yang dipanggil Zorro itu telah menggantikan eksistensi sang ibunda. 

Lalu si bayi lelaki tampan direnggut dari kehidupan Sabari, saat beranjak batita. Mulai di titik kehidupan yang inilah Sabari limbung. Makin lama makin limbung. Rumah, warung kelontong, dan kambing-kambing peliharaannya tak terurus. Hingga akhirnya ia bangkrut, kehilangan semua harta benda, bahkan harapan. 

Kawan-kawannya prihatin. Semua orang yang mengenalnya pun prihatin. Kehidupan Sabari yang piawai berpuisi itu memburuk. Hanya rasa cintanya kepada Marlena dan Zorro yang lestari bagusnya. 

Iya. Sabari mulanya seorang pria malang yang ditolak cinta. Kemudian bebannya bertambah menjadi ayah yang malang. Malang sebab rasa kasih sayangnya yang besar kepada sang anak dihempaskan keras-keras oleh sang waktu, seiring dengan perampasan Zorro darinya oleh Marlena. 

Bagaimanakah ujung dari kisah tragis Sabari? Tenanglah, wahai para pembaca. Sabari pada akhirnya kembali mampu menemukan kewarasannya, kok. Apakah Marlena kemudian mencintainya dan mau kembali menjadi istrinya? Oh, tentu tidak sesinetron itu jalan ceritanya. 

Jangan lupa. Andrea Hirata, si penulis novel ini, selalu piawai merangkai jalinan cerita. Maka pembaca mesti piawai pula memahami cerita yang disajikannya. Diajak berpikir, menduga-duga, dan menarik kesimpulan sendiri demi mendapatkan cerita utuhnya. 

Dengan kata lain, untuk memahami novel ini tanpa bingung, kita sebagai pembaca mesti membacanya dengan cerdas. Mesti mampu menghubungkan peristiwa-peristiwa yang tampaknya tak saling berkaitan. Hmm. Penjelasanku ini bikin puyengkah? 

Aih, aih. Ketimbang malah bingung sebab membaca penjelasanku, lebih baik silakan langsung mencari novelnya saja deeeh. Namun, jangan lupa. Kalau sudah menemukannya ya dibaca. Mana bisa paham kalau tidak dibaca? Mana bisa tertawa-tawa dan mendapatkan inspirasi darinya kalau tidak dibaca? 

O, ya. Yang paling kusuka dari novel ini (dan dari karya Andrea Hirata lainnya) adalah caranya menuturkan penderitaan dan kesialan. Bagaimana caranya? Yakni dengan cara kocak. Bukan secara mendayu-dayu. Sungguh menarik 'kan?  Alhasil, diriku pun bisa ngakak so hard  menertawakan penderitaan dan kesialanku sendiri. Hahaha! 

SPESIFIKASI BUKU

Judul Buku: 
AYAH Sebuah Novel

Penulis:
Andrea Hirata

Penerbit:
Bentang 

Tahun Terbit: 
Maret 2018 (cetakan ke-21)

Ukuran Buku:
14 x 20,5 cm

Tebal Buku:
xx + 412 hlm

ISBN:
978-602-291-102-9






22 komentar:

  1. penasaran sama Ayah dari andrea hirata ini, karena apa yang ditulis andrea melalui novelnya selalu bisa bikin aku kebawa suasana, malah sampe nangis kejer hehehe

    BalasHapus
  2. Wah, makasih sudah dikasih bocorannya. Kalau pada akhirnya Sabari baik-baik saja. Jadi semangat ingin baca...

    BalasHapus
  3. Aku kurang begitu suka baca novel, tapi membaca bocoran mba Tien ini koq aku jadi penasaran juga yaaa.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi klo penasaran dibaca, Mbak. Novek itu gak melulu fiksi, kok

      Hapus
  4. Aku punya bukunya..jadi pengen baca lagi. Hihihi..

    BalasHapus
  5. Kasihan Sabari. Kenapa si Marlena nggak mau balas cintanya? Penasaran apa yang terjadi sama Zoro? Wuah. Jadi pengen baca :)

    BalasHapus
  6. Wahhh aku belum baca ini mbak, aku malah bacanya yang laskar pelangi itu sampai maryamah karpov dan yang terbaru Guru Aini

    BalasHapus
  7. jadi ingat buku ini, saya juga punya buku tentang ayah ini, hadiah ulang tahun dari sahabat baik saya, tahun 2015 apa 2016 saya lupa, jadi kangen pengen baca lagi

    BalasHapus
  8. Aku suka membayangkan dinaikkan sepeda sama ayah, kaki diikat dengan sapu tangan biar gak oleng dan pergi ke pasar malam jajan gulali atau arommanis. Aku punya buku ini sudah lima tahun

    BalasHapus
    Balasan
    1. Daku dapet ini kan dari acara klub buku yg sama kamu itu, ciiin.

      Hapus
  9. Kadang anak perempuan lebih pny kenangan dengan ayahnya, aku dan adekku merasakan hal yg sama.

    BalasHapus
  10. Karena kadang penderitaan akan menjadi hal lain saat ditertawakan ya. Keren banget para penulis seperti Andrea.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoiii, apalagi klo kita mampu menertawakan penderitaan kita sendiri.

      Hapus
  11. kenangan indah tentang ayah...
    mantap treview-nya...

    BalasHapus

Terima kasih telah sudi meninggalkan jejak komentar di sini.