Kamis, 12 Maret 2020

[Book Review] Novel HIMPUNAN

Sampul depan

Sampul belakang


APAKAH kalian sudah pernah melihat novel ini? Atau jangan-jangan malah pernah mundur alon-alon (mundur secara perlahan), mengurungkan niat untuk membacanya, saat tahu jumlah halamannya yang mencapai 620? Hehehehe ....

Ketahuilah. Kalian yang urung membaca itu, sesungguhnya telah merugi berat. Termasuk ke dalam golongan orang-orang yang tidak tahu, betapa gokil dan berfaedahnya novel ini.

Ketahuilah. Meskipun setebal ratusan halaman, HIMPUNAN tidaklah membosankan. Tidak pula bikin jidat berkerut-kerut untuk memahami isi ceritanya. Tolong camkan ini: buku tebal tidak identik dengan “bikin depresi”. Oke?

Dan, percayalah. Kisah cinta yang terjadi dalam HIMPUNAN sama sekali tidak alay. Tidak pula mendayu-dayu sendu bin dramatik. Tidak manis-manis manja seperti dalam dunia sinetron Indonesia pada umumnya.

Justru sebaliknya, kisah cinta yang ada diceritakan-disampaikan secara natural. Realistis. Sebagaimana halnya kisah percintaan anak-anak kuliahan pada umumnya di dunia nyata. Tetap ada manis-manisnya, tetapi tidak berlebihan takarannya.      

Yang paling menarik, HIMPUNAN tak sekadar bercerita tentang perjalanan cinta antara Dimas dan Naya (dua tokoh utama novel ini). Yang menempati porsi besar malah kisah suka-duka anak kuliahan. Terkhusus yang aktif mengurus organisasi kemahasiswaan satu jurusan, yang dalam novel ini disebut Himpunan.

Mengapa kusebut menarik? Sebab selain dibikin baper oleh pasang surut hubungan Dimas dan Naya, pembaca juga dibikin pinter. Maksudnya, pembaca menjadi tahu liku-liku kehidupan mahasiswa yang berkecimpung dalam organisasi. Betapa mereka tidak hanya memikirkan kuliah, ujian, dan pacar (bagi yang punya). Tapi mesti memeras otak dan tenaga juga, demi kemaslahatan Himpunan beserta seluruh anggotanya.

Iya. Novel ini related banget dengan kalian yang berstatus mahasiswa dan aktif di organisasi kemahasiswaan apa pun. Namun, bukan berarti pembaca di luar kalangan tersebut tidak nyambung dengan isi cerita HIMPUNAN.

Tak usah khawatir. Buktinya diriku, yang telah lama sekali menanggalkan predikat mahasiswa, bisa berbahagia dan tertawa-tawa saat membacanya. Malah bisa bernostalgia dan bernostalGILA. Apalagi dahulunya aku pun lumayan aktif di Himpunan. Rentang waktu yang panjaaang, terbukti tidak bikin aku gagap dalam mencerna ceritanya. Serius.

Bahkan aku bisa ikut merasa gemas kepada Dimas, yang tak kunjung jujur atas perasaannya kepada Naya. Demikian pula ketika Naya patah hati gara-gara Jeffri, hatiku ikut terluka. Bisa sampai sebegitunya ‘kan? Nah. Itu berarti HIMPUNAN cocok dinikmati oleh siapa saja.     

Mungkin kalian bertanya-tanya, “Siapa Jeffri? Pacar Naya? Lho? Bukankah yang diceritakan kisah cinta Dimas dan Naya? Kok ada Jeffri segala?”

Hmm. Tak perlu aku sampaikan di sini, ya. Sebaiknya kalian langsung baca saja novelnya. Kalau dibaca sendiri bakalan lebih seru dan lebih bisa menghayati isi ceritanya.

Sebelum membeli dan membaca HIMPUNAN versi cetak, kalian bisa melakukan semacam cek ricek dulu. Silakan tengok akun wattpad penulisnya. Dari situ ‘kan bisa memperoleh gambaran mengenai isi HIMPUNAN. Sebelum diterbitkan sebagai buku, HIMPUNAN memang terlebih dulu mejeng di wattpad.

Menurutku, ada satu poin penting yang wajib digarisbawahi dari novel ini. Yakni yang berupa pesan agar masa-masa menjadi mahasiswa, sebaiknya diisi pula dengan aktif di organisasi kemahasiswaan. Seperti halnya Dimas, Naya, Jeffri, dan kawan-kawan mereka (sesama tokoh cerita dalam HIMPUNAN).

Jadi kelak, ketika terjun ke dunia kerja dan bermasyarakat, sudah terbiasa bekerja sama dengan banyak pihak. Tidak bakalan gagap menghadapi situasi dunia kerja yang bagaimanapun. Terlatih pula dalam hal bergaul di masyarakat.

Apakah berarti HIMPUNAN sempurna? O, tentu tidak. Jangan sembarangan, dong. Kesempurnaan itu ‘kan hanya milik-Nya SWT.

Yup! Tak ada gading yang tak retak meskipun retakannya sedikit saja. Begitu kiranya ungkapan yang cocok untuk HIMPUNAN. Adapun “keretakan” novel ini terletak pada jumlah salah ketiknya (typo) yang lumayan.

Betapa tidak lumayan, jika ada lebih dari sepuluh salah ketik yang kujumpai? Yang kebanyakan berupa kurang huruf atau kelebihan huruf dalam penulisan sebuah kata. Misalnya tertulis ‘megangguk’, padahal penulisan yang benar ‘mengangguk’.

Selain itu ada pula kurang huruf yang kuduga kuat terjadi, sebab ketidaktahuan penulis akan cara penulisan yang benar. Misalnya tertulis ‘frustasi’, padahal penulisan yang benar “frustrasi”. Nah, nah. Sepertinya kalian yang sedang membaca ulasan ini pun baru tahu tentang cara penulisan “frustrasi” ini. Hehehehe ....    

Sudah usaikah perihal salah ketik dan ketidaktahuan penulis itu? Sayang sekali belum. Sebab faktanya dalam HIMPUNAN, ada banyak huruf “k” yang hilang. Misalnya tertulis ‘menaikan’ dan ‘meletakan’; padahal penulisan yang benar ‘menaikkan’ dan meletakkan’.

Masih ada pula ‘pembicaraanpun’ dan ‘apapun’. Yang mestinya ditulis ‘pembicaraan pun’ dan ‘apa pun’. Yeah?

Kasus huruf “k” dan partikel “pun” tersebut, menurutku, tidak semata-mata sebab salah ketik. Bagaimana, ya? Kedua kasus itu terjadinya secara konsisten, sih. Wajarlah kiranya kalau aku curiga, jangan-jangan sang penulis memang belum paham cara penulisannya yang benar. Sebuah kecurigaan yang masuk akal sekali ‘kan?

O, ya. Ada satu hal menarik lagi dari HIMPUNAN. Yakni desain awal babnya. Perhatikanlah foto di bawah. Tiap memulai bab baru, ada penampakan kop surat seperti itu. Judul babnya ditulis di kolom "Perihal". Unik dan menarik 'kan?



Awal bab yang bergaya kop surat


Demikian ulasanku terhadap novel HIMPUNAN. Semoga bermanfaat dunia akhirat. Semoga pula bisa memantik keinginan kalian untuk segera membacanya.


SPESIFIKASI BUKU
  
Judul: HIMPUNAN 

Penulis: Citra Saras

Penerbit: RANS Publisher

Tahun Terbit: 2019

Tebal: iv + 620 hlm

Ukuran: 14x20 cm

ISBN: 978-623-91151-2-8





22 komentar:

  1. Wah tebel juga ya mbak smpe 600n halaman, duh aku jd pgn baca sebaper apa kl baca langsung.. Hihi

    BalasHapus
  2. 600 halaman itu bisa ku baca berapa hari ya jadinya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halah, Mbak Vikaaa. Ini novel ringan, kok. Dua hari di masa self lock down gini asti kelar deeh.



      Hapus
  3. Saluuut... Mbak Tinbe bisa menyelesaikan membaca buku setebal ituuu...plus menemukan banyak huruf K yg hilang. Pasti karena ceritanya bagus dan Mbak Tinbe memang benar-benar 'kutu buku' ya, he, he..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeah, bermula dari penasaran Mbaak... Hehe.... Soal aku nemuin banyak salah ketik dan huruf hilang, hmm... Aku kan mantan editor bahasa... Jadinya terbiasa cari-cari kesalahan penulisan gitu.. Hahahha!

      Hapus
  4. Wiwin | pratiwanggini.net18 Maret 2020 pukul 20.48

    Bukan takut dengan jumlah halamannya yang nyaris 1000 hehehe... tapi aku emang kurang tertarik membaca novel :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Weih, kenapa Mbak? Apakah termasuk novel-novel sastra dan novel sejarah?

      Hapus
  5. Oke fix aku males bacanya. Cerita Mahasiswa yang masuk organisasi bikin aku cenut cenut saat ini. Ehe ehe. Besok aku didongengkan sajalah. Tapi nek mau minjemin ya boleh juga sih, Halah ujungnya

    BalasHapus
  6. Udah lama banget nggak pernah baca novel, bisa nih baca novel ringan gini tapi kalau banyak kata-kata typo-nya jadi gemes juga bacanya hehehe ~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang lebih sering baca buku genre apa, Mbak?

      Hapus
  7. Ya ampun, aku jadi ingat saat kuliah dulu yang suka banget ngendon di sekre organisasi saking falling in love banget sama organisasi. Aduh Mbak Agustina mah bikin aku ingat yang dulu2 #eh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha! Ketahuan deh klo kamu aktivis organisasi... pasti ada pula roman-romannya kaaan? Hehehehe ....

      Hapus
  8. Wahhh kok seru mbak ceritanya, pengen baca banget dehhhh roman2 gemesss

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha ...iya, roman-roman gemesin bin ngeselin...

      Hapus
  9. BAru denger soal novel ini dan nama penulisnya, asing di telingaku hehe. Jadi penasaran euy pengen baca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pun masih asing dengan nama penlisnya, kok. Mungkin ini karya debutannya.

      Hapus
  10. Apakah penerbitnya RANS itu maksudnya Raffi Ahmad - Nagita Slavina? Dengar-dengar bisnis mereka merambah dunia literasi jugak. Ketahuilah aku sengaja menulis jugak dengan K di belakang, dengan sesadar-sadarnya bahwa itu bentuk alay dari bentuk bakunya yang tanpa K.

    BalasHapus
  11. WOW! Salut sama orang-orang yang sanggup baca buku tebel. Aku tipenya screening, hihihi, jadi bosen kalau ketebelen..

    BalasHapus

Terima kasih telah sudi meninggalkan jejak komentar di sini.