Kamis, 26 Juli 2018

[Book Review] THE LOST BOY



BUKU ini merupakan sekuel dari A Child Called "It". Tepatnya merupakan buku kedua dari trilogi A Child Called "It", The Lost Boy, dan A Man Named Dave. Dengan demikian, isinya jelas merupakan kelanjutan kisah dari seorang anak malang yang bernama Dave.

Jika buku pertama mengisahkan kehidupan Dave kecil,  buku ini mengisahkan kehidupannya pada tahapan usia berikutnya. Yakni saat Dave mulai ABG, lalu beranjak remaja dewasa. Kurang lebih ketika berusia 12-18 tahun.

The Lost Boy tidak lagi berkisah tentang perjuangan Dave kecil untuk bertahan hidup dari siksaan ibu kandungnya. Yang dikisahkan adalah perjuangan Dave ABG-remaja dalam mencari kehangatan cinta keluarga. Yang kemudian terkait pula dengan pencarian jatidirinya.

Ternyata lepas dari siksaan sang ibu kandung tak serta-merta membuat hidup Dave beres. Begitu memperoleh kebebasannya, Dave yang terbiasa dikekang dan diintimidasi malah kagok. Ia menjadi setengah lepas kendali. Gagap menjalani norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Apesnya, situasi dan kondisi seolah-olah enggan segera berdamai dengan Dave. Pada saat demikian mendambakan kehangatan cinta keluarga, dalam kurun waktu 6 bulan saja ia mesti berganti orang tua asuh sebanyak 3 kali. Gila banget 'kan?

Sungguh. Buku ini sangat padat makna dan hikmah. Petualangan Dave untuk membenahi diri dan kehidupannya sungguh bisa menginspirasi dan menguatkan kita. Membuat kita diam-diam merasa malu sebab penderitaan kita hanya seujung kuku dari penderitaan Dave.

SPESIFIKASI BUKU

Judul Buku:   The Lost Boy
Penulis:          Dave Pelzer
Penerjemah: Danan Priyatmoko
Penerbit:        GPU
Tahun Terbit: 2005
Cetakan:          Ketujuh
Ukuran Buku: 14x20
Tebal Buku:     332+XII


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah sudi meninggalkan jejak komentar di sini.