Kamis, 30 Maret 2017

[Book Review] BERITA DI BALIK BERITA



MELIHAT penampilannya, terlihat bahwa buku Berita di Balik Berita--yang baru usai saya baca ini--sudah lumayan berumur. Hihihi .... Sedikit kusam, sedikit bulukan. Ini bukan ungkapan penghinaan lho, ya. Penampakannya memang begitu 'kan? Buku terjemahan tersebut memang terbitan lama. Tertera 1996 sebagai tahun terbitnya.

Namun sesungguhnya, aneka hal yang diperbincangkan di dalamnya justru berusia lebih lama lagi. Contoh-contoh peristiwa yang dikemukakan zadoel bangeeet. Bahkan, ada yang berlangsungnya pada tahun 1900-an. 

Tapi jangan underestimate dulu. Meskipun zadoel, isi Berita di Balik Berita tetap relevan dengan kondisi sekarang. Dapat menambah wawasan pengetahuan kita terkait seluk-beluk dunia pemberitaan. Tentang bagaimana sebuah berita "digoreng" sebelum disuguhkan ke hadapan publik. 

Buku ini sebenarnya berfokus pada peliputan berita politik. Adapun isinya terbagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama membahas kesalahan-kesalahan umum para wartawan politik Amerika Serikat. Yakni kesalahan-kesalahan yang sesungguhnya memalukan, tapi tidak pernah diberitakan. Bagian kedua menjelaskan penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut. Bagian ketiga mengemukakan cara untuk menjaga agar kesalahan-kesalahan tersebut tidak terulang di lain waktu.

Bagi saya pribadi, buku ini merupakan pengingat. Serasa menepuk lembut pundak saya. Kembali mengingatkan bahwa sejak dahulu kala, sejak TV masih merupakan hal baru, telah terjadi distorsi-distorsi berita. Apa yang sesungguhnya terjadi, yang benar-benar fakta, bisa tertutupi oleh siaran berita yang telah terdistorsi; bahkan termanipulasi. 

Tentu saja sebagai akibatnya, ada pihak-pihak yang dirugikan dan diuntungkan. Dirugikan sebab manipulasi berita telah menghancurkan reputasinya dengan seketika. Sementara pada sisi sebaliknya, ada pihak yang mendadak terdongkrak naik reputasinya sebab manipulasi berita yang sama. 

Diakui atau tidak, kenyataannya selalu ada berita di balik berita. Terlebih--tak dapat dimungkiri--seorang pemilik uang bisa berkuasa atas sebuah media massa. Dia bisa menyuruh awak media yang bersangkutan untuk memelintir berita sesuai dengan kepentingannya. Nah, lho! Bukankah ini merupakan indikator adanya berita di balik berita?

Begitulah adanya. Banyak hal rumit di balik tersuguhnya sepiring berita hangat. Sadarkah Anda? Sampai sekarang kondisi serupa itu masih berlangsung, lho. Jangan lupa. Hoax pun merupakan bagian dari berita di balik berita.

Manipulasi berita memang kejam. Apa pun alasannya. Namun sedari dulu hingga kini, kenyataannya selalu ada berita di balik berita. Maka kita tak boleh mudah baper dalam menghadapi sebuah berita. Apalagi berita yang sedang menjadi viral. Mengapa? Sebab berita viral itu cenderung hoax. 

Yup! Jika Anda sedang belajar jurnalistik, buku ini wajib baca. Apa alasannya? Sebab darinya Anda dapat tahu mengenai proses yang terjadi di belakang layar, sebelum suatu berita dipublikasikan. Jangan khawatir. Analisisnya mendalam, kok. Penulisnya 'kan David S. Broder? Yakni seorang wartawan senior yang pernah bekerja di berbagai suratkabar keren. Di antaranya New York Times dan Washington Post.



SPESIFIKASI BUKU 
Judul      :  Berita di Balik Berita 
Penulis   :  David S. Broder 
Penerbit :  Pustaka Sinar Harapan 
Terbit     : 1996 
Halaman: 454
Ukuran : 14 x 21 cm

*Buku ini dapat dipinjam di Grhatama Pustaka Yogyakarta yang beralamat di Jl. Janti Banguntapan Bantul (Sebelah timur JEC)*Bisa pula dibeli di lapak buku bekas online*


8 komentar:

  1. Itulah fungsinya membagun opini. Dalam politik itu penting, agar berita di balik berita tdak diketahui oleh masyarakat umum atau lawan politiknya. Ilmu intelijen itu penting. Dan sangat penting.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau memikirkan adanya berita di balik berita kok rasanya malah ngeri sendiri, ya. Entahlah. Dengan mengetahui kemungkinan adanya fakta yang sesungguhnya di balik fakta yang disuguhkan, di satu sisi kita jadi mampu bersikap arif, tidak langsung percaya begitu saja. Tapi di sisi yang lainnya, kita malah jadi bimbang sebab tahu sedang berada dalam "ketidakfaktaan". Huft. Entahlah.

      Hapus
    2. Maka tidak heran jika jaman dahulu banyak intelejen asing yang tertipu. Karena faktor bahasa indonesia yang multi tafsir. Bagi yang hoby menulis atau membaca pastinya jiwa kritisnya sudah tumbuh. Tidak asal main tekan saja.

      Hapus
    3. oh iya tho? ku baru tahu klo dulu banyak intelijen asing yg tertipu kekgitu

      Hapus
  2. Nama penerjemah buku siapa nih mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh, nama lengkapnya lupa saya. Tapi seingtaku Lilian siapaaa gitu??? hihihi ....malah kelupaan enggak kutulis :p

      Hapus
  3. Ini kayaknya buku zamanku kuliah, Mbak. Sering dijadikan referensi penulisan,tapi aku belum pernah baca (atau sudah ya, lupaaaa kwkwkwk).
    Klo bicara tentang manipulasi berita, langsung ingat zaman orde baru. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba diingat-ingat lagi, Mbak. Siapa tahu memang sudah baca.

      Hmm. Orba, ya? Zaman kita lahir, tumbuh, dan besar. Bhahahaha...

      Hapus

Terima kasih telah sudi meninggalkan jejak komentar di sini.