Rabu, 25 November 2020

[Book Review] Mereka Bilang Aku Gila




 
SUATU ketika sebelum pandemi covid-19 terjadi, seperti biasa aku membuang jenuh ke Grhatama Pustaka Yogyakarta. Yoiii. Perpustakaan yang besar, keren, dan menghibur itu. Pokoknya lumayan cocok untuk berwisata murah meriah penuh makna, deh. 
 
Berhubung niatku ke situ memang membuang jenuh, aku tak punya target untuk berburu buku tertentu. Alhasil, saat memasuki ruangan peminjaman buku, aku berkeliling-keliling santuy. Dari satu rak ke rak berikut. Menelusuri judul buku-buku dari satu genre ke genre lain. 
 
Hingga akhirnya, pandangan mataku terbentur pada sebuah buku berjudul Mereka Bilang Aku Gila. 
 
Aku terpaku mengamati buku itu. Apalagi di pojok kanan atas sampul depannya tertulis "Kisah Nyata". Sungguh bikin kepo 'kan? Segera kuputuskan untuk mengambilnya dari rak, kemudian mencari posisi enak buat menuntaskannya. 
 
Kebetulan tempat duduk kosong yang kujumpai berupa sofa panjang di pojokan tersembunyi. Wah, cocok. Posisi enak betulan sebab bisa membaca sembari selonjoran kaki. Hehehehe .... 
 
Lalu, apa isi Mereka Bilang Aku Gila? Wah, wah, wah. Ternyata isinya sungguh mengaduk-aduk perasaan. Berulang kali aku merasa perlu untuk menengadahkan wajah. Menahan air mata agar tak keluar. Malu 'kan ya kalau dilihat oleh pengunjung lain. Ngapain baca buku tiba-tiba ... kumenangiiis
 
Mereka Bilang Aku Gila adalah memoar yang ditulis langsung oleh seorang penderita Bipolar Disorder. Lalu, penyakit apakah Bipolar Disorder itu? Bipolar Disorder adalah gangguan kondisi kejiwaan yang membuat penderitanya mengalami perubahan emosi secara drastis. Misalnya dari riang gembira bisa seketika dalam hitungan detik menjadi kalut dan frustrasi berat.
 
Karena penulisnya seorang penderita Bipolar Disorder, otomatis semua yang dikisahkan di dalam Mereka Bilang Aku Gila adalah "temuan dari fakta di lapangan". Tepatnya fakta dari sudut pandang si penderita. 
 
Bukan dari sudut pandang orang-orang di sekelilingnya. Bukan pula dari sudut pandang para ahli yang mendampingi dan mengobatinya. Bukan sekadar berdasarkan ciri-ciri empiris yang telah diteorikan.
 
Jadi, Mereka Bilang Aku Gila mengajak pembaca langsung menyelami isi otak dan hati para penderita Bipolar Disorder. Secara riil dari kacamata praktisi (subjek penderita). Dengan demikian diharapkan, pembaca bisa lebih berempati kepada mereka. Kutekankan sekali lagi, berempati. Bukan mengasihani. 
 
Para penderita Bipolar Disorder sesungguhnya memang tak butuh dikasihani. Yang mereka butuhkan adalah empati dan pemahaman akan kondisi kejiwaan mereka. Tentu agar mampu menjalani hari-hari dengan baik. 
 
Dalam arti, situasi emosional mereka bisa lebih terkendali. Tidak meliar sampai berkesempatan untuk mengambil keputusan buruk. Misalnya mengonsumsi narkoba, melakukan seks bebas, atau (yang terburuk) bunuh diri.
 
Empati dan pemahaman itulah yang sebenarnya dicari-cari oleh Ry Kusumaningtyas, si penulis Mereka Bilang Aku Gila. Namun, apa boleh buat? Yang diperolehnya malah selalu stigma. Cap negatif atas apa pun yang dilakukannya. Nyaris tak ada orang yang berusaha memahami dan mencari tahu, apa penyebab dari semua hal yang dilakukannya, yang dipandang negatif oleh khalayak. 
 
Bayangkan! Betapa berat beban jiwa yang ditanggung Ry. Ia mesti berjuang melawan sakitnya sekaligus bertahan untuk mengatasi serangan stigma dari lingkungannya. Bahkan, keluarga dan kerabatnya pun bersikap begitu. Tak ada yang mengerti. Ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga. Berkali-kali. Sepanjang usia.
 
Untunglah Ry merupakan sosok tangguh. Ia sanggup bertahan meskipun tak selalu mulus prosesnya. Buktinya, ia bisa berjuang sampai berhasil menjadi PNS. Bukankah itu berarti ia mampu "menormalkan" diri? Berarti punya daya juang tinggi sehingga berani dan (akhirnya) terbukti mampu bersaing secara prestasi dengan peserta lain yang sehat jiwa raga?  
 
Singkat kata, buku ini sangat menginspirasi dan memotivasi. Membuat pembaca tergerak untuk mensyukuri detik demi detik kehidupan yang dikaruniakan-Nya. Tersadarkan untuk lebih menghargai hidup, apa pun bentuknya. 
 
Hmm. Aku sendiri merasa malu sebab setelah kupikir ulang, ternyata aku masih kerap mengeluh. Maafkan aku, Ya Allah.
 
Alhasil tatkala itu, aku pulang dari Grhatama Pustaka Yogyakarta dengan kesadaran baru. Akan tetapi, aku tetap tak lupa untuk mampir makan di kantinnya. Alhamdulillah. Hehehehe ....

 
 
SPESIFIKASI BUKU 
 
Judul Buku:
MEREKA BILANG AKU GILA Perjuangan Hidup Pengidap Bipolar Disorder
 
Penulis: 
Ry Kusumaningtyas
 
Penerbit: 
Galang Pustaka
 
Tahun Terbit:
2013 (Cetakan Pertama)
 
Ukuran Buku:
14 x 21 cm
 
Tebal:
335 hlm
 
ISBN: 
978-602-817-4985
 
 

8 komentar:

  1. woooww jadi penasaran sama bukunya, tapi kayany kalau dicari bakalan udh sulit karena buku lama 7 tahun yang lalu...
    Tapi mungkin di shopee ada... :)

    BalasHapus
  2. Penasaran pengin baca juga hehe

    BalasHapus
  3. Eh aku salah fokus sama Grhatama Pustaka Yogyakarta. Kayaknya seru tempatnya.. Aku sejak pandemi belum pernh main ke perpus lagi. Huhu..

    Bukunya menarik yaa, apalagi sampai bikin berkaca2 😭 Gangguan bipolar itu kompleks sih. Dan banyak orng malah mencap negatif orang dg gangguan itu. Sediihh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh hehehehe ... iya lho Grhatama Pustaka Yogyakarta memang seruuu.

      Yup, orang yang mengidap gangguan bipolar mestinya butuh dukungan, tetapi malah dapet stigma. Itu justru bikin gak sembuh-sembuh. Dilematis sekali memang.

      Hapus
  4. reviewnya mantap membuat pembaca tertarik dengan isi buku....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehehee ... Alhamdulillah tujuan membuat review tercapai.

      Hapus

Terima kasih telah sudi meninggalkan jejak komentar di sini.