Kamis, 17 Januari 2019

[Book Review] SRIMULATISM






BUKU ini membuatku lebih memahami Srimulat. Bahkan lebih dari sekadar paham, aku menjadi jatuh cinta pada grup lawak legendaris itu. Padahal, Srimulat sudah lama bubar. Mungkinkah ini semacam jatuh cinta yang telat? Entahlah. Yang  jelas jauh lebih absurd daripada sekadar terlambat menyatakan cinta. Haha!

Apa penyebabnya? Tak lain dan tak bukan, penyebabnya adalah formula lucu Srimulat yang sangat beradab. Ada rambu-rambu melucu yang wajib dipatuhi oleh masing-masing anggota. Di antaranya:

(1) Lelucon tidak boleh mengandung unsur SARA;
(2) Kondisi fisik penyandang disabilitas tak boleh dijadikan sebagai bahan lelucon;
(3) Lelucon tidak boleh berisi pelecehan/penghujatan terhadap siapa pun;
(4) Tetap menghargai wanita dengan sebaik-baiknya meskipun sedang gila-gilaan melawak. 

Intinya, Srimulat punya rumusan bahwa melawak itu haruslah beretika. Para personilnya bebas melucu dengan cara apa saja. Syaratnya, tidak menabrak koridor kesantunan dan tak menyakiti orang/pihak lain. 

Teguh, sang pendiri Srimulat, menegaskan, "Segala sesuatu dapat dikomedikan. Masalahnya adalah tega atau tidak, tepat atau tidak." 



Manifesto Srimulat 

Sri Mulat dan Teguh (Dua pendiri Srimulat) 


Begitulah adanya Srimulat, yang dahulu sempat kutonton beberapa  pementasannya. Tentu bukan menonton langsung, melainkan melalui layar TV. Sebab selain tinggal di pelosok (bukan di kota yang menjadi tempat pentas Srimulat), grup lawak tersebut memang sudah bubar ketika aku menyadari eksistensinya. Duileee. Aku memang berbakat terlambat menyadari sesuatu. Haha!

Bahkan andaikata tidak membaca buku ini, aku pasti belum sadar akan kelegendarisan Srimulat. Padahal, grup lawak yang didirikan oleh Teguh dan Sri Mulat (istri pertama Teguh)  itu telah menjadi genre komedi tersendiri di negeri ini. Terbukti acap kali kita berkomentar "Srimulat banget sih" ketika menyaksikan sebuah pementasan lawak. 

Iya. Bagaimanapun mesti dipahami bahwa komentar pendek tersebut lahir dari sejarah panjang Srimulat. Setelah grup lawak tersebut berjibaku memperjuangkan eksistensinya. Sejak 8 Agustus 1950 hingga saat bubarnya pada tahun 1989.

Dari buku ini aku pun jadi tahu kedekatan ABRI (TNI) dengan Srimulat. Iya, lho. Ternyata keduanya berhubungan dekat. Bahkan Agum Gumelar, yang kala itu masih menjadi perwira tinggi di jajaran ABRI, diangkat sebagai pembina Srimulat Reunion. 

Tak ayal lagi. Buku ini adalah sebuah buku yang amat bermanfaat. Berhasil menampilkan kepingan-kepingan sejarah grup lawak Srimulat dengan gaya bahasa ringan. 

Selingan foto, ilustrasi, dan transkrip rekaman (dari kaset dan video) pementasan Srimulat pun membuatnya kian menarik. Kalian yang kurang suka mapel sejarah dijamin tetap doyan buku ini. Percayalah. 

SPESIFIKASI BUKU

Judul Buku              : Srimulatism
Penulis                     : Trio Haryanto
Perancang Sampul: Hari Prast
Ilustrator                 : Hari Prast & Pinot
Penyunting.             : Dyota Lakhsmi & Novikasari Eka S
Penyelaras Aksara : Kian Jaguar & Novia 
Penata Aksara        : Aniza Pujiati
Penerbit                   : Noura
Tahun Terbit           : 2018 (Cetakan ke-1, Maret)
Ukuran Buku           : 14 x20 cm
Tebal Buku               : 178 hlm + x
ISBN                           : 978-602-385-401-1






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah sudi meninggalkan jejak komentar di sini.