NOVEL
bersampul biru muda ini sungguh menghiburku. Sedikit menepuk bahuku
juga. Mengingatkanku tentang persahabatan, cinta, perihal melupakan,
perpisahan, dan hujan. Tepat persis seperti tulisan yang tercantum di
sampul belakangnya. Tapi juga membuatku takut akan masa depan bumi.
Bagiku, judul novel ini amat menggoda. Buktinya aku kemudian tergoda untuk membacanya 'kan? Dan sesungguhnya, aku memang sama dengan Lail (sang tokoh utama). Sama-sama menyukai hujan. Bedanya, hujan selalu mengingatkanku pada hal-hal manis dan jenaka. Sementara bagi Lail, hujan adalah seluruh kenangannya tentang duka dan bahagia. Yang menguras segenap emosinya.
Apa boleh buat? Pada satu titik Lail merasa lelah dengan segala perasaannya yang timbul akibat hujan. Itulah sebabnya ia mengambil sebuah keputusan besar. Yakni keputusan untuk memodifikasi ingatan. Iya. Lail memutuskan untuk menghapus semua ingatannya tentang hujan.
Bermula dari keputusan besar Lail itulah cerita bergulir. Secara flashback. Melalui penuturannya kepada sang terapis yang hendak membantunya menghapus ingatan tentang hujan. Yang berarti juga menghapus ingatan tentang Esok.
Cerita berakhir bahagia untuk Lail. Di ujung kisah ia bersanding dengan Esok. Sang pujaan hati, sosok yang membuatnya ingin melupakan hujan. Bagaimana bisa begitu? Apakah Lail batal menjalani operasi modifikasi ingatan? Atau, operasinya gagal?
Aih. Daripada bertanya-tanya begitu, lebih baik kalian segera ke toko buku atau perpustakaan untuk mencari buku ini. Kemudian membacanya tuntas. 'Kan lebih afdal daripada sekadar membaca ulasanku ini. Haha!
Tapi begini. Di balik akhir bahagia Lail, sesungguhnya ada kesedihan tersembunyi dari segenap penduduk bumi. Kesedihan itu berupa raibnya hujan dari kehidupan mereka. Raib beneran. Bukan sebab dihapus dari ingatan mereka.
Apa penyebabnya? Tak lain dan tak bukan, hujan raib sebab rusaknya iklim dunia. Iya. Bumi tengah beranjak menuju kepunahannya ketika Lail dan Esok menikah.
Nah! Isu lingkungan yang ditampilkan samar-samar dalam novel inilah yang membuatku takut akan masa depan bumi. Lebih bikin baper daripada perjalanan cinta Lail.
SPESIFIKASI BUKU
Judul Buku : Hujan
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2018, cetakan ke-29
Ukuran Buku : 14 x 20 cm
Tebal : 320 hlm
ISBN : 9786020324784
ISBN Digital : 9786020383590
Bermula dari keputusan besar Lail itulah cerita bergulir. Secara flashback. Melalui penuturannya kepada sang terapis yang hendak membantunya menghapus ingatan tentang hujan. Yang berarti juga menghapus ingatan tentang Esok.
Cerita berakhir bahagia untuk Lail. Di ujung kisah ia bersanding dengan Esok. Sang pujaan hati, sosok yang membuatnya ingin melupakan hujan. Bagaimana bisa begitu? Apakah Lail batal menjalani operasi modifikasi ingatan? Atau, operasinya gagal?
Aih. Daripada bertanya-tanya begitu, lebih baik kalian segera ke toko buku atau perpustakaan untuk mencari buku ini. Kemudian membacanya tuntas. 'Kan lebih afdal daripada sekadar membaca ulasanku ini. Haha!
Tapi begini. Di balik akhir bahagia Lail, sesungguhnya ada kesedihan tersembunyi dari segenap penduduk bumi. Kesedihan itu berupa raibnya hujan dari kehidupan mereka. Raib beneran. Bukan sebab dihapus dari ingatan mereka.
Apa penyebabnya? Tak lain dan tak bukan, hujan raib sebab rusaknya iklim dunia. Iya. Bumi tengah beranjak menuju kepunahannya ketika Lail dan Esok menikah.
Nah! Isu lingkungan yang ditampilkan samar-samar dalam novel inilah yang membuatku takut akan masa depan bumi. Lebih bikin baper daripada perjalanan cinta Lail.
SPESIFIKASI BUKU
Judul Buku : Hujan
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2018, cetakan ke-29
Ukuran Buku : 14 x 20 cm
Tebal : 320 hlm
ISBN : 9786020324784
ISBN Digital : 9786020383590
Kita di daerah tropis suka menyepelekan hujan. Sekali kemarau mengeluh kepanasan dan kekurangan air
BalasHapusBetul, Mas. Padahal hujan itu rakmat dan rezeki dari-Nya.
HapusSaya juga sudah tamat baca novel ini. Kebetulan saya penyuka novel-novel Tere Liye. Ada banyak nasehat yang tersirat dalam kisah ini. Daripada melupakan, lebih baik merangkul erat semua ingatan.
BalasHapusIya, Mbak. Kalau kita cermat, novel-novel TL selalu menyampaikan sesuatu. Tak sekadar cerita alay sebagaimana yang kerap diduga oleh orang-orang yang (sesungguhnya) belum membaca bukunya. Makasih yaaa atas apresiasinya.
HapusJadi ingat seseorang yang suka banget dengan hujan..
BalasHapusHayooo... Siapa tuuh
HapusJadi inget, kapan ya terakhir kalinya aku baca novel, udah lama banget ga nyentuh novel hehehe
BalasHapusWah, ayo baca novel lagiiii
HapusAku sudah baca buku ini juga, Kak. Bagus, menyentuh, bikin aku mewek-mewek, deh. Bener katamu, aku juga jadi mikir andai hujan menghilang seperti di buku. Kalau di buku sih, aku agak lega karena Esok ternyata tidak ikut pergi, jadi pasti dia bisa mikir suatu cara rekayasa teknologi lah nanti. Tapi kalau terjadi di kehidupan nyata, njuk piyee...mari sayangi bumi, lebih dalam lagi :)
BalasHapusIya, menakutkan juga apa yang terjadi dalam novel ini. Meskipun ini novel, but notvjust a fiction....
Hapus