Minggu, 06 Maret 2022

Buku Kedua dari KOMiK Kompasiana

BILA melihat penampilannya, buku ini terlihat kaku, tegas, serius, dan beraroma zadoel. Silakan cermati foto berikut, deh.

 

Sampul depan (Dokpri)

 

Sejauh pengamatan saya, rata-rata buku zaman now cenderung tampil dengan sampul ceria warna-warni. Meskipun isinya berat, desain sampul dibikin sedemikian rupa sehingga terkesan lebih ringan.

Sementara penampilan buku yang tengah kita obrolkan ini kebalikannya. Kondisi fisik dan judul sama-sama mengesankan keseriusan. Terlebih ada ilustrasi yang berupa sosok pejuang kemerdekaan sedang membawa sang merah putih.

Apakah isinya seserius kesan yang terpancar? 

Iya, dong. Semua tulisan yang terangkum di dalamnya mengandung harapan-harapan patriotik dan membuat pembaca teringat sejarah bangsa dari berbagai perspektif, dalam bingkai sinema.

Ada 33 tulisan serius dalam buku ini. Yang menulis 33 kompasianer (para penulis di Kompasiana), yang tergabung dalam Komunitas KOMiK (Kompasianer Only Movie enthus(i)ast Klub).

Selaras dengan jumlah penulis, sudah pasti ada beragam opini dan gaya penulisan. Akan tetapi, seluruh tulisan tersebut dipersatukan oleh tema besar yang diusung. Tema besarnya adalah film perjuangan dan film berbasis sejarah.

Apa beda film perjuangan dan film berbasis sejarah? 

Ringkasnya begini. Film perjuangan adalah film yang bercerita tentang perjuangan para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Contohnya "Perburuan", "Janur Kuning", dan "Darah dan Doa".   

Sebenarnya film sejarah juga meliputi film perjuangan. Namun, film sejarah tak selalu berfokus pada peperangan (perjuangan angkat senjata). Adakalanya film sejarah berkisah tentang sejarah tokoh nasional. Contohnya "Wage", "Soekarno: Indonesia Merdeka", dan "Kartini".  

Tulisan Para Peserta Lomba

Tulisan yang terhimpun dalam buku ini sesungguhnya merupakan tulisan peserta lomba, yaitu lomba blog tentang film perjuangan dan film berbasis sejarah. Penyelenggaranya KOMiK. Diselenggarakan dalam rangka menyambut HUT RI 2021, sekaligus termasuk dalam rangkaian hari jadi KOMiK. 

Setelah seleksi ketat, terpilih 3 pemenang utama sebagai berikut. 

1. Irvan Syahri dengan tulisan berjudul "Buatlah Film Sejarah, Indonesia Menang, Belanda Pecundang".

2. Raja Lubis dengan tulisan berjudul "Tjoet Nja' Dhien dan Kekalahan Terbesarnya".

3. Yana Haudy dengan tulisan berjudul "Lompatan dan Sandungan Sineas Indonesia Garap Genre Perjuangan". 

Tulisan favorit saya adalah karya Bung Irvan Syahri. Tulisan tersebut memang layak menang. Relatif komplet. 

Saya banyak memperoleh pencerahan dan tambahan informasi sejarah darinya. Terkhusus mengenai beberapa pertempuran antara Indonesia dan Belanda yang nyaris tak terekspose, padahal faktanya pasukan Indonesia yang menang. 

Lalu, ada pula cerita tentang Peristiwa Peniwen. Sebagai orang yang merasa lumayan tahu sejarah, saya malu sebab baru tahu peristiwa itu sekarang. Namun di sisi lain, saya bersyukur bisa tahu dari tulisan Bung Irvan Syahri. Mungkin telat, tetapi jauh lebih baik daripada tak pernah tahu sama sekali.

Perlu diketahui, Peristiwa Peniwen merupakan salah satu bukti kebiadaban Belanda. Sampai-sampai Gereja Belanda murka karenanya. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 19 Februari 1949 itu memang jelas merupakan pelanggaran HAM berat. 

Betapa tidak berat? Tatkala itu pasukan Belanda menyerang Rumah Pengobatan Panti Husodho. Akibatnya sangat memilukan. Sejumlah orang (termasuk pasien) terbunuh dan 3 perempuan yang tengah berada di lokasi diperkosa.  

 

Dokpri

 

Bung Irvan Syahri melalui pemaparan fakta sejarahnya mempertanyakan sekaligus menyarankan, mengapa tidak segera dibikin film perjuangan  yang menonjolkan kemenangan Indonesia dan menunjukkan kepecundangan Belanda? Sementara hal itu merupakan fakta. Bukan hoaks sejarah.

Lima Bab, Lima Pokok Bahasan

Buku Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema terdiri atas lima bab. Pembagian babnya sesuai dengan pokok bahasan yang ditentukan KOMiK selaku penyelenggara lomba. 

Apa saja pokok bahasan yang bisa dipilih para kompasianer KOMiKer tatkala itu? Mari simak uraian berikut.

1. Ulas sosok - berisi ulasan tentang pemeran atau tokoh dalam film perjuangan/film sejarah.

2. Opini terhadap perkembangan film perjuangan/film sejarah.

3. Ulas film perjuangan/film sejarah.  

4. Harapan terkait peristiwa atau tokoh perjuangan/sejarah yang ingin dibuatkan filmnya.  

5. Lain-lain hal yang berhubungan dengan tema film perjuangan/sejarah.

Dari sederet pokok bahasan itulah lahir puluhan tulisan keren berfaedah sesuai tema besarnya. Aduh, maaf. Sebenarnya enggak enak saya mengatakan keren berfaedah. Lhaaah, tulisan saya terangkut juga dalam buku ini. Sumpah. Sama sekali tak bermaksud memuji tulisan sendiri, lho. 

O, ya. Tulisan bersahaja saya berjudul "Dibutuhkan Film yang Mengakhiri Perbandingan Antara Kartini dan Siti Walidah". Berada di Bab V - Harapan Berkaitan dengan Film Sejarah & Perjuangan.

Yaelah. Rupanya saya memang suka berharap, mengharap, dan menjadi harapan. Muehehehe ....

Arti Penting Buku Ini 

Terlepas dari segala kekurangannya, Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam dalam Bingkai Sinema punya beberapa arti penting bagi saya. 

Pertama, menjadi monumen perayaan atas perjalanan kepenulisan saya di Kompasiana, terkhusus bersama KOMiK. 

Yup! Buku ini adalah antologi kedua saya bersama rekan-rekan kompasianer dan yang pertama bersama KOMiK. 

Tentu saya senang. Ini sungguh sesuatu 'kan? 

Kedua, buku ini amat menambah wawasan dan pengetahuan saya terkait film perjuangan/sejarah yang pernah diproduksi sineas Indonesia. 

Terusterang saja banyak film yang sebelumnya tak saya tahu, baik sebab saking zadoelnya maupun sebab saya kurang up to date dalam hal film, malah dapat saya baca ulasannya di sini. 

See! Sangat berfaedah 'kan? 

Ketiga, memberikan kesadaran betapa masih banyak tokoh (pahlawan) Indonesia yang belum dikenal khalayak luas sehingga perlu difilmkan. 

Keempat, membuat saya kian respek pada sosok Inggit Garnasih (istri Bung Karno sebelum Fatmawati).

Di atas semuanya, buku ini sangat bisa menjadi sumber inspirasi bagi siapa pun yang hendak membuat film perjuangan/sejarah. Bahkan, bisa pula menjadi pintu masuk untuk menemukan referensi-referensi terkait perfilman Indonesia, terutama yang bertema perjuangan dan sejarah.

***

Demikianlah kesan saya terhadap buku kompilasi para KOMiKer Kompasiana. Semoga ada manfaatnya bagi Anda sekalian. Plus bisa menginspirasi.

Jika ingin memiliki buku ini, silakan hubungi KOMiK. Bisa pula melalui saya. Nanti saya bantu hubungkan dengan pengurus KOMiK. 

O, ya. Berikut adalah spesifikasi bukunya. 

Judul Buku:

Sejarah dan Perjuangan Bangsa dalam Bingkai Sinema

Penulis:

Tim KOMiK Kompasiana

Editor:

Ang Tek Khun

Sutiono Gunadi

Tata Letak Isi:

Dewi Puspasari

Desain Sampul:

Rizki Estiva, Kompasiana

Penerbit:

YPTD Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan 

Tahun Terbit:

2021

Tebal Buku:

xiii + 213 hlm

Ukuran Buku:

15 x 21,5 cm

ISBN:

978-623-5631-39-4



 

32 komentar:

  1. pas baca judul saya kira komik he he he...setelah saya cari contoh bukunya di situs yang menulis cuplikannya ternyata buku serius

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha .... Padahal pada pandangan pertama mestinya perlu dicurigai karena tulisannya KOMiK. Semua huruf kapital, tetapi i beda sendiri.

      Hapus
  2. Wah baca tulisan ini, aku langsung terbayang kerennya buku ini. Ide-ide untuk mengenalkan sejarah dengan cara yang asyik agar anak bangsa menghargai jasa perjuangan para pahlawan pasi muncul dengan cara yang yang menarik dalam setiap tulisan

    Keren!
    Selamat pada semua penulis dan team KOMiK Kompasiana

    BalasHapus
  3. Wah beneran berat nih hehehe karena bercerita tentang sejarah dan perjuangan artinya supaya nyambung harus tahu cerita supaya ngga salah kaprah dan nyambung ama ceritanya. buku yang menarik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, benar, Bang. Memang berat dan serius. Nulisnya butuh referensi

      Hapus
  4. Baru tau dong kalo Kompasiana juga punya KOMiK, hehe.. Btw, selamat yah, kak. Semoga buku ini bisa menjadi buku penyemangat untuk lebih mengenal sejarah dari sisi yang berbeda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe ... Di Kompasiana banyal komunitasnya, Mbak.

      Terima kasih telah singgah.

      Hapus
  5. Wahh keren nih penulisnya dari peserta lombanya langsung, pengen banget baca bukunya dan penasaran sama isinya hihihi

    BalasHapus
  6. Berasa merinding mba saat baca tentang ungkapan mas Irvan Syahri tentang Peniwen. Bener tuh, yang fakta gini kalau bisa dinaikkan ke dalam film bisa jadi pengingat sejarah. The East juga menampilkan kekejaman penjajah, tapi kurang mengangkat keunggulan rakyat Indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Bahan yang kita miliki sebenarnya banyak. Tinggal dipilih dan dieksekusi.

      Hapus
  7. Duh, kangen lagi sama teman2 di kompasiana. Buku yang ditulis kompasianers. Isinya pasti bagus. Selamat sianh, Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selamat siang juga, Bu Nur. Mari kembali aktif nulis di Kompasiana.

      Hapus
  8. Jadi inget dulu, tahun 2010an saya sering nulis di kompasiana. Karena sudah lama sekali gk buka akunnya, karena memang lupa banget email dan passwordnya. Kini penulis penulis kompasian jadi makin keren yak. Bukunya pun bener bener serius keliatannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo bikin akun baru di Kompasiana. Bila tulosan bagus dan SEO bakalan dapat uang.

      Hapus
  9. Aku kok ya baru tahu ada peristiwa Peniwen ya Mbak? Ya Allah, itu kejam banget! Nah, aku tuh kalau lihat film sejarah yang di drakor atau film India, sering mikir, kapan ya Indonesia bisa punya film kayak gitu. Padahal sejarah kita banyak yang bisa diangkat jadi film bagus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itulah masalah. Kayak disembunyika ya Peristiwa Peniwen itu.

      BTW kita butuh investor yang mau biayain produksi film sejarah yg keren.

      Hapus
  10. Mungkin yang punya ide mengangkat filmnya ada, tapi yang membiayai masih pikir-pikir. Karena proyek film sejarah dari sisi keuntungan enggak komersial. Jadi ya gitu deh, mundur teratur idenya.
    Jadi penasaran dengan tulisan Mbak Tina di buku ini! sukses buat KOMIK Kompasiana!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali. Istilahnya klo bikin film sejarah atau perjuangan mesti berani rugi.

      Hehehe ...tulisanku silakan cari di Kompasiana, Mbak.

      Hapus
  11. Sempat terkecoh dengan nama komunitasnya, kirain ini buku komik hehe. Ternyata buku sejarah ya, kreatif juga zaman sekarang memang maish perlu diperbanyak buku-buku bertema sejarah perjuangan masa lalu. Biar generasi muda enggak lupa dan menghargai perjuangan para pahlawan masa lalu. Mungkin belum banyak yang tahu peristiwa Peniwen misalnya, jadi kalau diangkat jadi film, tentunya makin kuat pesannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pertama kali dengar na KOMiK, saya pun terkecoh. Hehehe ...

      Hapus
  12. dari covernya sudah mengira tentang isi bukunya sih. tentang sejarah dan perjuangan. sudah sangat jarang anak jaman now membaca buku seperti ini. memang perlu dilestarikan ya kak cerita bentuk seperti itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, benar. Sudah menampilkan keseriusan sampulnya. Hahaha!

      Hapus
  13. Aaa aku mau baca buku inii, pembahasan atau cerita yang diambil menarik, aku tuh demen bangett sama buku sejarah!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan japri saya klo tertarik untuk beli. Muehehehe ....

      Hapus
  14. Desainnya dibikin menarik gini kayaknya biar orang penasaran buat ambil dan baca sinopsisnya ya hehe. Jadi penasaran mau baca

    BalasHapus
  15. naahh cara yang seperti ini belajar sejarah jadi asyik! Jadi pengen intip isinya setelah baca sinopsisnya. Kalau mau beli dimana ya?

    BalasHapus
  16. wahhh baru tahu ini ada komunitas komik. dulu beberpa kali iseng ngirim tulisan di kompasiana wkwk. aku kalo belajar sejarah suka males tapi kalo ttg perjuangan pahlawan gitu malah melek:)

    BalasHapus

Terima kasih telah sudi meninggalkan jejak komentar di sini.