BERKAT buku ini aku jadi lebih memahami sosok Artidjo Alkostar. Siapa dia? Dia adalah sosok Hakim Agung yang selalu bikin keder para koruptor. Atas vonisnya, banyak pejabat yang mesti menginap di penjara.
Integritas Artidjo Alkostar dalam menegakkan hukum di Indonesia, sungguh tak perlu diragukan. Dirinya tak mempan disogok. Sekalipun atas nama persahabatan, Artidjo sama sekali tak sudi bila "dimintai tolong" dalam kasus hukum.
Dalam kapasitasnya sebagai sumber informasi, buku ini amat bermanfaat. Selain membuat kita lebih kenal dengan Artidjo Alkostar, banyak hal lain yang disampaikan. Di antaranya mengenai sejarah berdirinya LBH, sepenggal kisah hidup Adnan Buyung Nasution (sang penggagas LBH), dan terjadinya petrus (penembakan misterius) tatkala zaman orba.
Akan tetapi sebagai sebuah novel, sekalipun berlabel novel biografi, Sogok Aku Kau Kutangkap terasa sedikit cemplang. Kurang bisa dinikmati sebagai novel. Menurutku, cara bertuturnya kurang memfiksi.
Pada beberapa bagian ada dialog antartokoh yang gaya bahasanya kurang cocok. Misalnya percakapan yang terjadi antara Artidjo kecil dengan kawan-kawannya (pada Bab 2 "Darah Sakera"). Lontaran dialog di antara mereka, yang notabene merupakan bocah-bocah ingusan yang berdomisili di pedesaan, terasa dewasa (baca: terlalu serius).
Pada halaman 299-301 juga ada dialog yang kurang pas. Kali ini antara Artidjo muda dan profesornya. Saat berdialog, Artidjo menyebut dirinya "aku" dan menyebut sang profesor "panjenengan". Menurutku, penggunaan "aku" dalam dialog tersebut mengesankan kekurangsopanan Artidjo. Maka alangkah lebih baik, jika "aku" diganti "saya".
Ada satu hal lagi yang mengganjal. Yakni penyebutan nama orang tua Artidjo. Mengapa disebut Pak Durah dan Nyonya Hakim? Sejauh pengetahuanku, sebutan "nyonya" tidak lazim dipakai di pedesaan. Sementara Artidjo adalah orang desa. Jadi rasanya lebih cocok bila disebut Pak Durah dan Bu Hakim.
Seperti yang telah kusampaikan di awal, buku ini membuatku lebih mengenal sosok Artidjo Alkostar. Dari yang semula hanya tahu kiprah resminya, setelah membaca buku ini jadi tahu masa kecilnya. Dari kalangan mana beliau berasal, bagaimana perjalanan kariernya, dan sebagainya.
Hanya saja aku merasa, buku ini sedikit berlebihan membicarakan hal-hal lain di luar diri Artidjo Alkostar. Misalnya saat menceritakan awal mula perkenalannya dengan Adnan Buyung Nasution. Pada bagian tersebut malah diceritakan panjang lebar mengenai Adnan Buyung Nasution. Mestinya 'kan tidak perlu sedetil itu.
Baiklah. Kupikir cukup sekian ulasanku ini. Semoga bermanfaat bagi kalian dan bagi diriku sendiri.
O, ya. Selain bisa membelinya di toko buku maupun langsung ke penulisnya, kalian mungkin bisa meminjamnya di perpustakaan setempat. Yakni di kota domisili kalian. Kalau aku sih, meminjamnya di Grhatama Pustaka Yogyakarta. Seperti biasa. Hehehe ....
SPESIFIKASI BUKU
Judul Buku : Sogok Aku Kau Kutangkap
Penulis : Haidar Musyafa
Penerbit : Imania
Tahun Terbit : 2017 (Agustus)
Tebal Buku : ix + 434 hlm
Ukuran Buku: 14 x 21 cm
ISBN : 9786027926363
Pada beberapa bagian ada dialog antartokoh yang gaya bahasanya kurang cocok. Misalnya percakapan yang terjadi antara Artidjo kecil dengan kawan-kawannya (pada Bab 2 "Darah Sakera"). Lontaran dialog di antara mereka, yang notabene merupakan bocah-bocah ingusan yang berdomisili di pedesaan, terasa dewasa (baca: terlalu serius).
Pada halaman 299-301 juga ada dialog yang kurang pas. Kali ini antara Artidjo muda dan profesornya. Saat berdialog, Artidjo menyebut dirinya "aku" dan menyebut sang profesor "panjenengan". Menurutku, penggunaan "aku" dalam dialog tersebut mengesankan kekurangsopanan Artidjo. Maka alangkah lebih baik, jika "aku" diganti "saya".
Ada satu hal lagi yang mengganjal. Yakni penyebutan nama orang tua Artidjo. Mengapa disebut Pak Durah dan Nyonya Hakim? Sejauh pengetahuanku, sebutan "nyonya" tidak lazim dipakai di pedesaan. Sementara Artidjo adalah orang desa. Jadi rasanya lebih cocok bila disebut Pak Durah dan Bu Hakim.
Seperti yang telah kusampaikan di awal, buku ini membuatku lebih mengenal sosok Artidjo Alkostar. Dari yang semula hanya tahu kiprah resminya, setelah membaca buku ini jadi tahu masa kecilnya. Dari kalangan mana beliau berasal, bagaimana perjalanan kariernya, dan sebagainya.
Hanya saja aku merasa, buku ini sedikit berlebihan membicarakan hal-hal lain di luar diri Artidjo Alkostar. Misalnya saat menceritakan awal mula perkenalannya dengan Adnan Buyung Nasution. Pada bagian tersebut malah diceritakan panjang lebar mengenai Adnan Buyung Nasution. Mestinya 'kan tidak perlu sedetil itu.
Baiklah. Kupikir cukup sekian ulasanku ini. Semoga bermanfaat bagi kalian dan bagi diriku sendiri.
O, ya. Selain bisa membelinya di toko buku maupun langsung ke penulisnya, kalian mungkin bisa meminjamnya di perpustakaan setempat. Yakni di kota domisili kalian. Kalau aku sih, meminjamnya di Grhatama Pustaka Yogyakarta. Seperti biasa. Hehehe ....
SPESIFIKASI BUKU
Judul Buku : Sogok Aku Kau Kutangkap
Penulis : Haidar Musyafa
Penerbit : Imania
Tahun Terbit : 2017 (Agustus)
Tebal Buku : ix + 434 hlm
Ukuran Buku: 14 x 21 cm
ISBN : 9786027926363
mantap review nya gan
BalasHapusyup, tengkiyuuu, semoga bermanfaat
Hapus