HAI, hai, hai ....
Sedikit ngomongin Bang Tere Liye, yuuuk. Oops. Maaf. Bukan ngomongin Bang Tere Liye-nya, kok. Ngomongin karya-karyanya saja. Beneran. Karya-karyanya saja. Bukan orangnya.
Begini. Sejujurnya aku bukanlah penggemar berat Tere Liye. Bahkan sejauh ini, baru tiga bukunya yang kubaca. Yakni Rindu, Tentang Kamu, dan Pergi. Sudah pasti ketiganya berupa novel, dooong.
Lhaaah!?! Baru membaca segelintir dari sekian banyak karya Tere Liye kok berani-beraninya memperbincangkan? Tidak lancangkah itu namanya?
Hmmm. Tenang dulu. Ini bukan perbincangan yang gimana-gimana, kok. Sekadar perbincangan ringan namun (harapanku) berguna bin bermanfaat. Katakanlah, ini semacam curhatan. Oke?
Baiklah. Mari kita mulai saja curhatan ini, ya. Hehehe ....
Kalian pasti tidak asing dengan nama Tere Liye. Apalagi kutipan-kutipan yang berasal dari karya-karyanya kerap kali berseliweran di medsos. Tak terkecuali di linimasa medsosku.
Nah, itu. Itulah yang membuatku kemudian kepo berat terhadap karya-karya Tere Liye. Daku yang semula biasa-biasa saja pada akhirnya terprovokasi. Terlebih tatkala ada beberapa "manuver" Bang Tere Liye yang bikin heboh jagad literasi dan dunia maya. Haha!
Alhasil demi menuntaskan rasa penasaran, aku tergerak untuk membaca karya-karyanya. Yang sejauh ini, memang baru segelintir yang kubaca. Sebagaimana yang kuakui pada alinea kedua di atas itu, lho.
Lalu? Bagaimana kesanku? Apa pendapatku? Ternyata, oh, rupanya. Aku agak terperosok.
Selama ini 'kan aku meyakini bahwa karya-karya Tere Liye selalu manis, cenderung menye-menye, dan esay going. Maklumlah. Deretan kutipan karyanya yang berseliweran di beranda fesbukku bernada romantis liris semua. Bahkan (jika tidak mengetahui konteks situasi utuhnya dalam novel), ada beberapa yang terkesan sangaaat alay.
Tapi saudara-saudara, ketiga buku yang kubaca mematahkan keyakinan itu. Alih-alih menye-menye. Rindu, Tentang Kamu, dan Pergi justru lumayan bikin keningku berkerut. Supaya memahami cerita seutuhnya, aku mesti mau berpikir lebih serius.
Rindu memaksaku untuk mengingat pelajaran sejarah. Tentang Kamu bikin aku pusing memahami dunia saham dan mereka-reka peristiwa G 30 S/PKI. Pergi memberitahuku bahwa dunia ini penuh konspirasi. Duh! Batal membaca sembari tak berpikir, deeeh.
Jadi kupikir, aku telah melakukan sebuah kesalahan. Belum pernah membaca buku Tere Liye satu pun kok sudah berani menyimpulkan. Yakni menyimpulkan bahwa karya-karyanya pasti mudah dipahami meskipun dibaca sambil lalu saja.
Kena batunya. Kiranya inilah ungkapan yang cocok ditujukan kepadaku. Hehehe .... Jadi malu, nih.
Mungkin selain Rindu, Tentang Kamu, dan Pergi, seluruh karya Tere Liye memang menye-menye. Hanya cocok untuk anak alay. Akan tetapi dengan adanya ketiga novel tersebut, berarti tidak semua karyanya menye-menye 'kan?
Demikian sedikit curhatanku mengenai karya-karya Tere Liye yang sudah kubaca. Bagaimana pendapatmu, pren?
Begini. Sejujurnya aku bukanlah penggemar berat Tere Liye. Bahkan sejauh ini, baru tiga bukunya yang kubaca. Yakni Rindu, Tentang Kamu, dan Pergi. Sudah pasti ketiganya berupa novel, dooong.
Lhaaah!?! Baru membaca segelintir dari sekian banyak karya Tere Liye kok berani-beraninya memperbincangkan? Tidak lancangkah itu namanya?
Hmmm. Tenang dulu. Ini bukan perbincangan yang gimana-gimana, kok. Sekadar perbincangan ringan namun (harapanku) berguna bin bermanfaat. Katakanlah, ini semacam curhatan. Oke?
Baiklah. Mari kita mulai saja curhatan ini, ya. Hehehe ....
Kalian pasti tidak asing dengan nama Tere Liye. Apalagi kutipan-kutipan yang berasal dari karya-karyanya kerap kali berseliweran di medsos. Tak terkecuali di linimasa medsosku.
Nah, itu. Itulah yang membuatku kemudian kepo berat terhadap karya-karya Tere Liye. Daku yang semula biasa-biasa saja pada akhirnya terprovokasi. Terlebih tatkala ada beberapa "manuver" Bang Tere Liye yang bikin heboh jagad literasi dan dunia maya. Haha!
Alhasil demi menuntaskan rasa penasaran, aku tergerak untuk membaca karya-karyanya. Yang sejauh ini, memang baru segelintir yang kubaca. Sebagaimana yang kuakui pada alinea kedua di atas itu, lho.
Lalu? Bagaimana kesanku? Apa pendapatku? Ternyata, oh, rupanya. Aku agak terperosok.
Selama ini 'kan aku meyakini bahwa karya-karya Tere Liye selalu manis, cenderung menye-menye, dan esay going. Maklumlah. Deretan kutipan karyanya yang berseliweran di beranda fesbukku bernada romantis liris semua. Bahkan (jika tidak mengetahui konteks situasi utuhnya dalam novel), ada beberapa yang terkesan sangaaat alay.
Tapi saudara-saudara, ketiga buku yang kubaca mematahkan keyakinan itu. Alih-alih menye-menye. Rindu, Tentang Kamu, dan Pergi justru lumayan bikin keningku berkerut. Supaya memahami cerita seutuhnya, aku mesti mau berpikir lebih serius.
Rindu memaksaku untuk mengingat pelajaran sejarah. Tentang Kamu bikin aku pusing memahami dunia saham dan mereka-reka peristiwa G 30 S/PKI. Pergi memberitahuku bahwa dunia ini penuh konspirasi. Duh! Batal membaca sembari tak berpikir, deeeh.
Jadi kupikir, aku telah melakukan sebuah kesalahan. Belum pernah membaca buku Tere Liye satu pun kok sudah berani menyimpulkan. Yakni menyimpulkan bahwa karya-karyanya pasti mudah dipahami meskipun dibaca sambil lalu saja.
Kena batunya. Kiranya inilah ungkapan yang cocok ditujukan kepadaku. Hehehe .... Jadi malu, nih.
Mungkin selain Rindu, Tentang Kamu, dan Pergi, seluruh karya Tere Liye memang menye-menye. Hanya cocok untuk anak alay. Akan tetapi dengan adanya ketiga novel tersebut, berarti tidak semua karyanya menye-menye 'kan?
Demikian sedikit curhatanku mengenai karya-karya Tere Liye yang sudah kubaca. Bagaimana pendapatmu, pren?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah sudi meninggalkan jejak komentar di sini.