BUKU mungil ini sungguh zadoel. Tampilan dan baunya saja sudah mengisyaratkan hal tersebut. Hehehe .... Terbitnya saja pada saat aku belum mengenal patah hati. Haha! Dan seperti biasa, aku menemukan buku zadoel ya di Grhatama Pustaka.
Ketika pertama kali melihatnya, kupikir Kutunggu di Yogya merupakan novel romantis biasa. Eh, tahunya merupakan novel romantis plus. Plusnya dalam artian positif lho, yaaa. Yakni plus panduan untuk berwisata di Yogyakarta.
Meskipun formatnya fiksi, panduan teknis yang disajikan sungguh komplet. Tepatnya komplet dan up to date. Maksudnya up to date pada zamannya, lho. Bukan menurut zaman sekarang. Jangan lupa. Buku ini 'kan terbit pada tahun '90-an.
Lalu, sekomplet apa panduan teknis berwisatanya? Hmm. Sekomplet apa, ya? Aku kok malah bingung untuk menyatakannya. Haha!
Tapi begini. Selain berkisah tentang kasih tak sampai (Sari-Hendra), separo buku ini justru menyuguhkan panduan teknis berwisata ke Yogyakarta. Yup! Meskipun berbentuk novel, deretan lampirannya ngalahin skripsi.
Lampiran apa sajakah itu? Di antaranya mengenai jadwal penerbangan dari dan ke Yogyakarta, contoh jadwal kunjungan wisata di Yogyakarta, peta kota Yogyakarta, dan cara mencapai destinasi-destinasi wisata di Yogyakarta. Sudah pasti dengan catatan, sesuai kondisi dan situasi pada tahun '90-an.
Tak usah berujar, "Novel macam apa itu? Kok penuh dengan hal nonfiksi begitu?"
Kalem, beib. Tolong maklumilah. Buku ini merupakan salah satu buku yang diberi label "Seri Wisata Rakyat". Jadi, tujuan utamanya untuk mengenalkan potensi wisata suatu daerah. Demi menarik minat wisatawan supaya tergiur berwisata ke suatu daerah.
Dan tentu saja, Kutunggu di Yogya bertujuan mengundang minat orang untuk mengunjungi Yogyakarta. Untuk mengeksplorasi potensi wisata Yogyakarta. Maka wajar dong, kalau isinya penuh promosi tentang kota tersebut.
Lampiran mengenai transportasi wisata di Yogyakarta |
Lampiran yang berupa peta Yogyakarta |
Dengan demikian, Kutunggu di Yogya boleh juga disebut buku panduan wisata. Tapi buku panduan wisata yang berjiwa. Yang cara penulisannya berbeda dari buku panduan wisata pada umumnya. Yakni melalui perjalanan kisah cinta dua tokoh utama novel ini.
SPESIFIKASI BUKU
Judul Buku: Kutunggu di Yogya
Penulis : Gola Gong
Penerbit : Puspa Swara
Tahun Terbit: 1993
Ukuran Buku: 10 x 18 cm
Tebal Buku : viii + 134 hlm
Mba kalo review buku biasanya butuh waktu berapa lama? Btw gola gong bikin saya inget cerita lupus di majalah hai jaman doeloe :)
BalasHapusHehe iya... Gola Gong dan Lupus sepertinya sezaman, ya?
HapusOya, dua hari sih kalau untuk nyusun review nya... Paling cepet itu. Sehari nyusun, endapkan dulu, esok hari baca lagi, kalau oke lalu posting. Tapi sebetulnya dinamis saja sih soal waktu.
Ditunggu review buku selanjutnya Mba. Interesting
BalasHapusInsya Allah segera hadir review selanjutnya. Makasih yaaa atas atensinya
HapusSelalu menarik kalau sebuah ulasan dikemas secara fiksi. Apalgi kalau Gola Gong yang nulis...wah istimewa pasti
BalasHapusYoiii, Mbak. Seistimewa Yogya
HapusDuh, jadi berasa (makin) tuwir liat buku ini wkwkwkwwk...
BalasHapusHaaalaah heehehe...
Hapus