Kamis, 16 Maret 2017

[Book Review] KAMBING & HUJAN Sebuah Roman


 Menyajikan kopi kepada tamu itu baik. Tapi tentunya tidak dengan cara menyiramkan ke mukanya ...


SEUNTAI kalimat di atas merupakan nasihat. Yakni nasihat yang menjadi intisari dari buku ini. Jika merujuk pada Kambing & Hujan, nasihat tersebut mengingatkan kita sekalian untuk senantiasa bersopan santun dalam berdakwah. 

Sebab inti dari berdakwah adalah mengajak, mestinya ajakan tersebut disampaikan dengan damai. Bukan malah disampaikan melalui cara-cara yang keras. Yang menerbitkan kegeraman di hati sang objek dakwah. 

Demikian pula halnya dalam "berdiskusi" dengan sesama muslim, tapi berbeda "warna baju". Jika kita berpegang teguh pada suatu penafsiran, mestinya tidak menghina saudara-saudara kita yang punya penafsiran berbeda. Sekalipun penafsiran yang mereka yakini tidak benar, meluruskan dengan cara yang santun adalah keharusan. Kalau sama-sama hendak menuju-Nya, mengapa mesti saling bertukar sumpah serapah? 

Ibarat menyuguhkan secangkir kopi panas, meskipun sang tamu lisannya super pedas, kita wajib menahan diri. Tidak boleh serta merta menyiramkan kopi panas itu ke wajahnya. Bukannya sadar untuk menahan lisan, sang tamu tentu bakalan murka. Alhasil, situasi malah kian runyam. Keributan pasti terjadi sebab tamu tersebut tidak terima. 

Dalam Kambing & Hujan, NU dan Muhammadiyah menjadi representasi  dari beragamnya "warna baju" kaum muslim. Dan, pertentangan klasik di antara keduanya menjadi roda penggerak cerita. Jalinan cinta antara Mif dan Fauzia pun mengalami pasang surut yang rumit. Apa penyebabnya? Sudah pasti gara-gara pertentangan klasik itu. Kedua tokoh utama tersebut bahkan sempat kehilangan harapan untuk menyatukan cinta mereka.

Semula keduanya mengira bahwa ayah masing-masing saling bermusuhan sejak muda. Tak disangka tak dinyana, belakangan malah muncul surat-surat lama yang membuktikan sebaliknya. Ternyata dulunya ayah Mif merupakan sahabat karib ayah Fauzia. 

Lalu, mengapa pada akhirnya para ayah itu saling berjauhan bagai musuh? Bagaimana dengan akhir kisah percintaan antara Mif dan Fauzia? Apakah keinginan mereka untuk membangun rumah tangga terwujud? Atau sebaliknya? Kalau ingin tahu, ya silakan baca sendiri buku ciamik ini. Hehehe .... 

Rugi kalau tak membaca Kambing & Hujan. Tahukah Anda? Buku ini merupakan naskah pemenang pertama dalam sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2014. Nah, lho. Namanya juga pemenang pertama. Pastilah ciamik dan bernilai sesuatu. Kenyataannya, buku ini memang istimewa. Berani dengan gamblang memaparkan "perkelahian klasik" antara NU dan Muhammadiyah. 

Secara umum saya jatuh cinta pada buku ini. Hanya saja, ada satu hal yang menyebabkan bimbang. Yakni gambar sampul depannya. Mengapa sampul depan itu bergambar sebotol susu kambing? Iya. Kuduga itu adalah susu kambing. Bukan susu sapi, apalagi susu kedelai.

Bukankah judul bukunya Kambing & Hujan? Bukan Susu Kambing & Hujan? Isinya pun sama sekali tak menyinggung soal susu. Baik dalam arti denotatif maupun konotatif. Jadi, mengapa gambar sampul depannya sebotol susu kambing? 

#Ada yang bisa menjelaskan?  

SPESIFIKASI BUKU
Judul            : Kambing & Hujan (Sebuah Roman)
Penulis         : Mahfud Ikhwan
Terbit           : Cetakan ke-1, Mei 2015
Penerbit       : Bentang Pustaka
Halaman      : 373


    
Penampakan Kambing & Hujan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah sudi meninggalkan jejak komentar di sini.