Kamis, 16 Februari 2017

[Book Review] TARIAN SETAN


APA yang paling menonjol dari penampakan cover Tarian Setan? Kalau bagiku, yang paling mencolok mata jelas tulisan "Saddam Hussein". Iya, itulah nama sang penulis novel tersebut. 

Kelihatannya ukuran huruf untuk nama penulis sengaja dibuat lebih besar daripada yang untuk judul novel. Warnanya juga demikian. Sengaja dipilih putih supaya lebih menonjol daripada pernik-pernik lain pada cover. Bahkan makin terasa ditonjolkan, dengan adanya blok hijau sebagai latar belakang nama penulis. 

Silakan cermati sekali lagi cover depan Tarian Setan. Bukankah tulisan judulnya terasa tenggelam? Yakni tenggelam oleh kemeriahan ilustrasi gambar abstraknya. Juga kalah pamor dari ketegasan tulisan "Saddam Hussein". 

Menurutku, hal itu bukanlah sebuah kebetulan. Pasti disengaja untuk "memberitahu" (calon) pembaca bahwa penulisnya adalah Saddam Hussein. Adapun nama penulis amat penting untuk dikabarkan sebab dia bukanlah penulis sembarangan. Siapakah Saddam Hussein? Dia adalah mantan orang nomor satu di Irak. Dan tatkala menulis Tarian Setan, statusnya masih sebagai presiden.

Perlu diketahui bahwa Tarian Setan bukanlah satu-satunya karya Saddam Hussein. Novel tersebut merupakan novelnya yang keempat. Drafnya tuntas ditulis pada tanggal 18 Maret 2003. Hanya dua hari sebelum terjadinya agresi militer Amerika Serikat ke Irak.

Untung saja buah pikiran Saddam Hussein itu masih dapat diselamatkan. Agresi militer boleh meluluhlantakkan apa saja di bumi Irak. Tapi--rupanya--tidak dengan draf Tarian Setan. Putri sulung Saddam Hussein berhasil melarikannya ke Yordania. Andai saja tidak terselamatkan, tentu Tarian Setan tidak akan pernah terbit. 

Menilik tahun penulisannya, Tarian Setan ditulis justru pada saat Irak digempur oleh tentara Amerika Serikat dan tentara koalisi. Berdasarkan fakta ini dapat disimpulkan bahwa Saddam Hussein ingin melakukan perlawanan dalam bentuk lain. Tidak melulu melawan dengan senjata.

Ya, tampaknya dia berpikiran bahwa apa pun yang dilakukannya untuk melawan bakalan mentok. Tidak akan berujung pada kemenangan. Itulah sebabnya dia mengambil strategi yang berbeda. Yakni memilih melawan dengan tulisan supaya perlawanannya mengabadi. Sebagaimana kata pepatah: Yang tertulis abadi, yang terucap akan menguap dibawa angin.

Lalu, apa yang menjadi intisari dari Tarian Setan? Melalui novelnya itu, Saddam Hussein hendak mengatakan bahwa selamanya kebaikan akan menang atas keburukan/kejahatan. Dengan mengambil setting Arab kuno tahun 1500 SM, Saddam Hussein mengisahkan kehidupan sebuah suku. Tepatnya sebuah suku yang berada di bawah pengaruh dan kekuasaan asing. 

Perjuangan suku tersebut untuk bebas dari cengkeraman pihak asing dikisahkan dengan lumayan heroik. Hingga akhirnya, sebagaimana kisah-kisah klasik standar, kebaikanlah yang menang. Suku  tersebut berhasil bebas (merdeka) untuk menentukan nasibnya sendiri. 

Sangat terasa bahwa Tarian Setan merupakan sebuah novel yang penuh sindiran terhadap Amerika Serikat beserta kroni-kroninya. Simbol-simbol yang dipakai penulis jelas menyiratkan dan menyuratkan hal itu. Dan menurut kacamata ilmu sastra, kondisi demikian justru menurunkan kadar sastrawinya. Dalam bahasa yang lebih lugas, Tarian Setan menjadi sebuah novel yang wagu.

Tarian Setan pasti akan lebih keren bila bahasa perlawanan Saddam Hussein sedikit diperhalus. Di sana sini boleh saja tetap bertebaran nasihat kebajikan. Namun, caranya tentu lebih diselaraskan dengan kaidah-kaidah novel yang sebenarnya. 

Terlepas dari persentase kandungan sastranya, Tarian Setan tetaplah patut diapresiasi dengan baik. Betapa tidak? Setidaknya upaya Saddam Hussein untuk mengabadikan perlawanannya telah berhasil. Dunia telah mencatat jejaknya; membuat seorang Saddam Hussein memiliki jejak kehidupan yang mengabadi.  

Dan, hal tersebut membuatku teringat pada sederet kalimat terkenal ini: Menulis adalah bekerja untuk keabadian (Pramoedya Ananta Toer).  

SPESIFIKASI BUKU  
Judul       : Tarian Setan
Penulis    : Saddam Hussein
Penerbit  : Jalasutra (Edisi Indonesia)
Cetakan   : ke-1, Desember 2006
Halaman  : 266 + xx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah sudi meninggalkan jejak komentar di sini.