LAUT BIRU KLARA.
Demikian judul novel ini. Sebuah judul yang terdiri atas tiga kata dan
masing-masing kata, sesungguhnya merupakan
nama dari tokoh ceritanya.
Iya. Tokoh utama dari novel ini adalah Sea (sebuah
kata dalam bahasa Inggris yang artinya ‘laut’), Biru, dan Klara. Merekalah yang sebenarnya
menggerakkan cerita. Sea dan Klara muncul sejak awal cerita, sementara Biru
baru muncul di tengah cerita.
Selain dapat dimaknai sebagai gabungan nama para
tokoh utamanya, Laut Biru Klara dapat
dimaknai sebagai ‘Laut biru milik Klara’. Sesuai bangeeet dengan ceritanya.
Sebab di laut dan pada laut itulah, kehidupan Klara berputar. Bersama dengan
Sea, sang sahabat, Klara memang lahir dan mulai bertumbuh di Kampung Pesisir.
Yang berada tepat di tepian laut biru tersebut.
Lalu, siapakah Biru? Biru
adalah salah seorang korban kapal tenggelam; yang berhasil diselamatkan penduduk
Kampung Pesisir. Selama menunggu dijemput kapal penyelamat, ia dan adiknya
ditampung di rumah Sea.
Saat kapal penyelamat datang, Biru pun mengajak serta
Sea dan Klara ke kota asalnya. Biru memang memiliki sebuah rencana besar.
Setelah beberapa hari mengamati kebiasaan berenang Klara, Biru merasa yakin bahwa
bocah istimewa itu bisa dipoles menjadi perenang profesional.
Siapakah Biru
sebenarnya? Apakah rencana besarnya tersebut berjalan mulus? Sementara Klara
merupakan seorang penyandang autis? Apakah Sea dan Klara betah tinggal di kota,
mengingat mereka sebelumnya tak pernah meninggalkan Kampung Pesisir sebentar
pun?
Kiranya untuk memperoleh jawabannya, kalian mesti membaca sendiri Laut Biru Klara ini. Maaf, ya. Di sini
tak hendak kuberitahukan jawabannya. Tujuannya jelas supaya kalian membeli
novel ini, dong. Hehehe ....
Namun, begini. Perlu kusampaikan kepada kalian
bahwa novel ini menarik. Temanya menyentuh. Yakni ajakan untuk memperlakukan
para penyandang autis secara proporsional. Tidak menghina dan meremehkan,
tetapi tidak pula sekadar mengasihani.
Menurutku, pemilihan kampung nelayan
sebagai latar tempat juga istimewa. Rasanya belum banyak novel yang mengeksplorasi
latar tempat tersebut.
Hanya saja bagiku, ada sedikit hal yang mengganjal. Rasanya
nama Sea dan Klara kok kurang pas, jika disematkan pada tokoh-tokoh yang asli situ.
Dalam kehidupan nyata, sulit membayangkan bisa terjadi. Andai kata nama Sea dan
Klara diganti dengan nama-nama yang lebih “pribumi” (khas kampung Pesisir situ),
tentu lebih membumi.
Akhirul kata, bagaimanapun Laut Biru Klara merupakan bacaan yang menghibur dan bernutrisi. Menghibur
sebab bisa mengajak pembacanya melakukan piknik virtual ke laut dan ke kampung
nelayan terpencil.
Bernutrisi sebab bisa menginspirasi dan menepuk bahu kita; mengingatkan
bahwa di antara sesama manusia, kita mestinya saling menghargai.
SPESIFIKASI
BUKU
Judul Buku:
Laut Biru Klara
Penulis:
Auni Fa
Penerbit:
Metamind
Tahun
Terbit:
2019 (Februari)
Ukuran Buku:
14
x 20 cm
Tebal:
vi + 330 hlm
ISBN:
978-602-9251-77-7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah sudi meninggalkan jejak komentar di sini.