Sampul depan |
Sampul belakang |
APAKAH kalian sudah
pernah melihat novel ini? Atau jangan-jangan malah pernah mundur alon-alon (mundur secara perlahan), mengurungkan niat untuk
membacanya, saat tahu jumlah halamannya yang mencapai 620? Hehehehe ....
Ketahuilah. Kalian
yang urung membaca itu, sesungguhnya telah merugi berat. Termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang tidak tahu, betapa gokil dan berfaedahnya novel ini.
Ketahuilah.
Meskipun setebal ratusan halaman, HIMPUNAN
tidaklah membosankan. Tidak pula bikin jidat berkerut-kerut untuk memahami isi
ceritanya. Tolong camkan ini: buku tebal tidak identik dengan “bikin depresi”.
Oke?
Dan, percayalah.
Kisah cinta yang terjadi dalam HIMPUNAN
sama sekali tidak alay. Tidak pula
mendayu-dayu sendu bin dramatik. Tidak manis-manis manja seperti dalam dunia
sinetron Indonesia pada umumnya.
Justru sebaliknya, kisah
cinta yang ada diceritakan-disampaikan secara natural. Realistis. Sebagaimana
halnya kisah percintaan anak-anak kuliahan pada umumnya di dunia nyata. Tetap ada
manis-manisnya, tetapi tidak berlebihan takarannya.
Yang paling
menarik, HIMPUNAN tak sekadar
bercerita tentang perjalanan cinta antara Dimas dan Naya (dua tokoh utama novel
ini). Yang menempati porsi besar malah kisah suka-duka anak kuliahan. Terkhusus
yang aktif mengurus organisasi kemahasiswaan satu jurusan, yang dalam novel ini
disebut Himpunan.
Mengapa kusebut
menarik? Sebab selain dibikin baper oleh
pasang surut hubungan Dimas dan Naya, pembaca juga dibikin pinter. Maksudnya, pembaca menjadi tahu liku-liku kehidupan
mahasiswa yang berkecimpung dalam organisasi. Betapa mereka tidak hanya
memikirkan kuliah, ujian, dan pacar (bagi yang punya). Tapi mesti memeras otak
dan tenaga juga, demi kemaslahatan Himpunan beserta seluruh anggotanya.
Iya. Novel ini related banget dengan kalian yang
berstatus mahasiswa dan aktif di organisasi kemahasiswaan apa pun. Namun, bukan
berarti pembaca di luar kalangan tersebut tidak nyambung dengan isi cerita HIMPUNAN.
Tak usah khawatir.
Buktinya diriku, yang telah lama sekali menanggalkan predikat mahasiswa, bisa
berbahagia dan tertawa-tawa saat membacanya. Malah bisa bernostalgia dan
bernostalGILA. Apalagi dahulunya aku pun lumayan aktif di Himpunan. Rentang waktu
yang panjaaang, terbukti tidak bikin aku gagap dalam mencerna ceritanya.
Serius.
Bahkan aku bisa
ikut merasa gemas kepada Dimas, yang tak kunjung jujur atas perasaannya kepada
Naya. Demikian pula ketika Naya patah hati gara-gara Jeffri, hatiku ikut terluka.
Bisa sampai sebegitunya ‘kan? Nah. Itu berarti HIMPUNAN cocok dinikmati oleh
siapa saja.
Mungkin kalian
bertanya-tanya, “Siapa Jeffri? Pacar Naya? Lho? Bukankah yang diceritakan kisah
cinta Dimas dan Naya? Kok ada Jeffri segala?”
Hmm. Tak perlu aku
sampaikan di sini, ya. Sebaiknya kalian langsung baca saja novelnya. Kalau
dibaca sendiri bakalan lebih seru dan lebih bisa menghayati isi ceritanya.
Sebelum membeli dan
membaca HIMPUNAN versi cetak, kalian
bisa melakukan semacam cek ricek dulu. Silakan tengok akun wattpad penulisnya.
Dari situ ‘kan bisa memperoleh gambaran mengenai isi HIMPUNAN. Sebelum diterbitkan sebagai buku, HIMPUNAN memang terlebih dulu mejeng
di wattpad.
Menurutku, ada
satu poin penting yang wajib digarisbawahi dari novel ini. Yakni yang berupa
pesan agar masa-masa menjadi mahasiswa, sebaiknya diisi pula dengan aktif di
organisasi kemahasiswaan. Seperti halnya Dimas, Naya, Jeffri, dan kawan-kawan
mereka (sesama tokoh cerita dalam HIMPUNAN).
Jadi kelak, ketika
terjun ke dunia kerja dan bermasyarakat, sudah terbiasa bekerja sama dengan
banyak pihak. Tidak bakalan gagap menghadapi situasi dunia kerja yang
bagaimanapun. Terlatih pula dalam hal bergaul di masyarakat.
Apakah berarti HIMPUNAN sempurna? O, tentu tidak.
Jangan sembarangan, dong. Kesempurnaan itu ‘kan hanya milik-Nya SWT.
Yup! Tak ada gading
yang tak retak meskipun retakannya sedikit saja. Begitu kiranya ungkapan yang
cocok untuk HIMPUNAN. Adapun
“keretakan” novel ini terletak pada jumlah salah ketiknya (typo) yang lumayan.
Betapa tidak
lumayan, jika ada lebih dari sepuluh salah ketik yang kujumpai? Yang kebanyakan
berupa kurang huruf atau kelebihan huruf dalam penulisan sebuah kata. Misalnya
tertulis ‘megangguk’, padahal penulisan yang benar ‘mengangguk’.
Selain itu ada pula
kurang huruf yang kuduga kuat terjadi, sebab ketidaktahuan penulis akan cara
penulisan yang benar. Misalnya tertulis ‘frustasi’, padahal penulisan yang
benar “frustrasi”. Nah, nah. Sepertinya kalian yang sedang membaca ulasan ini
pun baru tahu tentang cara penulisan “frustrasi” ini. Hehehehe ....
Sudah usaikah perihal
salah ketik dan ketidaktahuan penulis itu? Sayang sekali belum. Sebab faktanya
dalam HIMPUNAN, ada banyak huruf “k” yang
hilang. Misalnya tertulis ‘menaikan’ dan ‘meletakan’; padahal
penulisan yang benar ‘menaikkan’ dan meletakkan’.
Masih ada pula
‘pembicaraanpun’ dan ‘apapun’. Yang mestinya ditulis ‘pembicaraan pun’ dan ‘apa
pun’. Yeah?
Kasus huruf “k” dan
partikel “pun” tersebut, menurutku, tidak semata-mata sebab salah ketik.
Bagaimana, ya? Kedua kasus itu terjadinya secara konsisten, sih. Wajarlah
kiranya kalau aku curiga, jangan-jangan sang penulis memang belum paham cara
penulisannya yang benar. Sebuah kecurigaan yang masuk akal sekali ‘kan?
O, ya. Ada satu hal menarik lagi dari HIMPUNAN. Yakni desain awal babnya. Perhatikanlah foto di bawah. Tiap memulai bab baru, ada penampakan kop surat seperti itu. Judul babnya ditulis di kolom "Perihal". Unik dan menarik 'kan?
Awal bab yang bergaya kop surat |
Demikian ulasanku
terhadap novel HIMPUNAN. Semoga bermanfaat dunia akhirat. Semoga pula bisa
memantik keinginan kalian untuk segera membacanya.
Judul: HIMPUNAN
Penulis: Citra
Saras
Penerbit: RANS
Publisher
Tahun Terbit: 2019
Tebal: iv + 620 hlm
Ukuran: 14x20 cm
ISBN: 978-623-91151-2-8
Wah tebel juga ya mbak smpe 600n halaman, duh aku jd pgn baca sebaper apa kl baca langsung.. Hihi
BalasHapusHahaha... Bacalah klo ingin baper.
Hapus600 halaman itu bisa ku baca berapa hari ya jadinya?
BalasHapusHalah, Mbak Vikaaa. Ini novel ringan, kok. Dua hari di masa self lock down gini asti kelar deeh.
HapusSaluuut... Mbak Tinbe bisa menyelesaikan membaca buku setebal ituuu...plus menemukan banyak huruf K yg hilang. Pasti karena ceritanya bagus dan Mbak Tinbe memang benar-benar 'kutu buku' ya, he, he..
BalasHapusYeah, bermula dari penasaran Mbaak... Hehe.... Soal aku nemuin banyak salah ketik dan huruf hilang, hmm... Aku kan mantan editor bahasa... Jadinya terbiasa cari-cari kesalahan penulisan gitu.. Hahahha!
HapusBukan takut dengan jumlah halamannya yang nyaris 1000 hehehe... tapi aku emang kurang tertarik membaca novel :D
BalasHapusWeih, kenapa Mbak? Apakah termasuk novel-novel sastra dan novel sejarah?
HapusOke fix aku males bacanya. Cerita Mahasiswa yang masuk organisasi bikin aku cenut cenut saat ini. Ehe ehe. Besok aku didongengkan sajalah. Tapi nek mau minjemin ya boleh juga sih, Halah ujungnya
BalasHapusHihihi... Ini pun aku minjem kok.
HapusUdah lama banget nggak pernah baca novel, bisa nih baca novel ringan gini tapi kalau banyak kata-kata typo-nya jadi gemes juga bacanya hehehe ~
BalasHapusSekarang lebih sering baca buku genre apa, Mbak?
HapusYa ampun, aku jadi ingat saat kuliah dulu yang suka banget ngendon di sekre organisasi saking falling in love banget sama organisasi. Aduh Mbak Agustina mah bikin aku ingat yang dulu2 #eh
BalasHapusHahahaha! Ketahuan deh klo kamu aktivis organisasi... pasti ada pula roman-romannya kaaan? Hehehehe ....
HapusWahhh kok seru mbak ceritanya, pengen baca banget dehhhh roman2 gemesss
BalasHapushahaha ...iya, roman-roman gemesin bin ngeselin...
HapusBAru denger soal novel ini dan nama penulisnya, asing di telingaku hehe. Jadi penasaran euy pengen baca.
BalasHapusSaya pun masih asing dengan nama penlisnya, kok. Mungkin ini karya debutannya.
HapusApakah penerbitnya RANS itu maksudnya Raffi Ahmad - Nagita Slavina? Dengar-dengar bisnis mereka merambah dunia literasi jugak. Ketahuilah aku sengaja menulis jugak dengan K di belakang, dengan sesadar-sadarnya bahwa itu bentuk alay dari bentuk bakunya yang tanpa K.
BalasHapusBetttuulll, punya Raffi dan Gigi memanggg.
HapusWOW! Salut sama orang-orang yang sanggup baca buku tebel. Aku tipenya screening, hihihi, jadi bosen kalau ketebelen..
BalasHapusHehehehehe....
Hapus