HALO ....
Apa kabar? Maafkan diriku yang lama tak mengurusi blog ini. Duh, kesusahan bagi waktu diriku ini. Hahaha! *Masalah klasik banget.*
Sampai-sampai untuk memamerkan resensiku ini, yang beberapa waktu lalu dimuat Kedaulatan Rakyat pun tak sempat. Tapi syukurlah, sekarang sempat. Silakan menikmati dan menyerap inspirasi darinya. *Semoga memang bisa menginspirasi, deh.*
Apa kabar? Maafkan diriku yang lama tak mengurusi blog ini. Duh, kesusahan bagi waktu diriku ini. Hahaha! *Masalah klasik banget.*
Sampai-sampai untuk memamerkan resensiku ini, yang beberapa waktu lalu dimuat Kedaulatan Rakyat pun tak sempat. Tapi syukurlah, sekarang sempat. Silakan menikmati dan menyerap inspirasi darinya. *Semoga memang bisa menginspirasi, deh.*
Belajar Memahami Cinta dari Janna
Oleh
Agustina Purwantini
BUKU kumpulan
cerpen ini sungguh manis dan renyah. Kalau meminjam istilah anak gaul zaman
sekarang, bolehlah disebut kriuk-kriuk. Cocok dibaca sebagai asupan nutrisi
jiwa. Bisa menghibur sekaligus mengajak kita untuk merenungkan aneka hal yang
terjadi dalam hidup ini. Bukan melalui bahasa dan jalinan kisah yang berat,
melainkan sebaliknya. Ringan bermakna, tapi kadangkala tak terduga.
Janna menampilkan 17 kisah tentang
perempuan, dengan beragam problematika kehidupan. Terkhusus yang berkaitan
dengan cinta. Baik cinta indah berbalut kesetiaan, cinta runyam yang beraroma
pengkhianatan, maupun cinta yang tak pernah menyatu.
Aroma kepedihan
terasa amat pekat pada beberapa cerpen. Namun kerennya, untaian kalimat beserta
para tokoh tidak tampil menye-menye. Justru sebaliknya. Mereka tampil sebagai
sosok yang tegar. Dalam arti, mampu mengendalikan diri meskipun sedang
berhadapan dengan situasi terburuk.
Dalam cerpen “Janna”,
yang menjadi judul kumcer ini, ketegaran tersebut tampak pada sikap psikolog yang
melayani Janna. Iya. Sebab merasa hubungannya dengan Teddy salah, Janna
memutuskan berkonsultasi dengan psikolog. Surat cinta yang ditulis Teddy untuknya
pun diperlihatkan sebagai pelengkap konsultasi.
Yang kemudian
setelah meneliti surat tersebut, sang psikolog kehabisan kata. Ia tak kuasa
untuk berterusterang kepada Janna. Mulutnya terkunci, tapi dalam hatinya
sederet kalimat termaklumatkan. Bagaimana
aku harus menyampaikan pada Janna kalau aku mengenali tulisan tangan dan tanda
tangan yang mengakhiri surat itu. Bagaimana aku harus memberitahu Janna, kalau
Teddy yang dicintainya adalah Hartedi, suamiku dan ayah dari anak semata
wayangku. (halaman 124)
Ujung cerita tak
terduga dan di luar ekspektasi pembaca, tampaknya menjadi trade mark kumcer ini. Yang terdahsyat terjadi pada cerpen “Pada
Lembar Terakhir”. Cerpen tersebut berkisah tentang utuhnya cinta ibu Arya kepada
ayah Arya. Meskipun sang suami berselingkuh dan kemudian menikah dengan selingkuhannya
(saat usia Arya belum genap 2 tahun), cinta ibu Arya tetap bulat.
Kehidupan Arya dan
ibunya baik-baik saja meskipun dalam kondisi perekonomian terbatas. Hingga suatu
ketika Rosetta, istri baru ayah Arya, datang. Ia memberitahukan kalau suaminya
telah dimakamkan dua hari lalu. Ibu Arya pun syok dan merana sepeninggal sang
pujaan hati. Sampai ajal menjemputnya.
Ketika orang-orang
mengelilingi jasad ibunya sembari membaca Surah Yasin dan tahlil, Arya berulang
kali membaca lembar terakhir catatan harian mendiang. Hati dan pikirannya tak
menentu.
....
Mpok Leha dan semua orang menjaganya rapat dariku sampai ibu meninggal dalam
tidurnya. .... Aku adalah anak hasil hubungan gelap ayah dengan Rosetta. Saat
ayah memilih untuk pergi, ibu memohon untuk dibolehkan merawat aku, sebagai
tanda setianya pada cinta. Dan sebagai penanda bahwa ibu masih memiliki separuh
dari diri ayahku yang berwujud aku. (halaman 158)
Demikianlah adanya.
Janna memang memukau sejak cerpen pertama. Untaian diksinya manis. Plot
ceritanya disusun sedemikian rupa sehingga penuh kejutan. Sengaja dibikin
seperti ada kepingan puzzle yang hilang, tapi kepingan yang hilang itu justru
memperjelas jalinan cerita. Keren!
SPESIFIKASI BUKU
Judul : Janna
Penulis : Oky E.
Noorsari
Penerbit: Bhuana
Sastra
Tahun Terbit:
Agustus 2019
Tebal : 160 hlm
Ukuran: 13x19
ISBN 978-623-216-403-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah sudi meninggalkan jejak komentar di sini.