APA kabar? Kali ini kita berbincang tentang puisi, yuk. Tepatnya tentang puisi-puisi yang terhimpun dalam Antologi Puisi NENG NING NUNG NANG Menuju Satu Abad Tamansiswa 1922-2022. Yang penampakan buku fisiknya begini, nih.
Dokpri |
Sebagaimana terjelaskan dalam judul, buku ini terbit untuk menyambut ultah ke-100 Tamansiswa. Sebagai salah satu bagian dari seluruh rangkaian acara Satu Abad Tamansiswa. Yang menginisiasi Institute Kahade, Buletin Neng Ning Nung Nang, dan Perkumpulan Keluarga Besar Taman Siswa (PKBTS).
Tujuan penerbitannya untuk membangun kembali spirit kebangkitan Perguruan Tamansiswa, yang tersebar di seluruh Nusantara. Plus sebagai sarana komunikasi antargenerasi untuk mengenang dan mengenalkan kembali sosok Ki Hadjar Dewantara. Adapun bahasa sastra, terkhusus sastra berbentuk puisi, yang dipilih sebagai jembatan komunikasinya.
Sungguh kebetulan yang tidak kebetulan bahwa saya bisa ikut menyumbang satu puisi untuk antologi ini. LOA. Law of Attraction. Mestakung. Semesta mendukung. Tepat pada saat rindu berpuisi, kok ya saya melihat informasi (undangan) untuk mengirimkan puisi dalam rangka satu abad Tamansiswa. Sungguh pucuk dicinta ulam tiba.
Sebelum tenggat waktu habis (Maret 2020), saya bergegas mengirimkan tiga puisi kepada panitia. Eh, ternyata yang lolos kurasi hanya satu. Yup! Itulah sebuah puisi panjang berjudul "Nota Pengaduan" yang menempati halaman 22-23.
Dokpri |
Dokpri |
Perlu diketahui, dahulu sekali tatkala masih berstatus sebagai pelajar dan mahasiswa, saya sering mencari cuan melalui puisi. Jadi, bolehlah saya disebut agak penyair. Hehehehe ....
Mengapa agak penyair? Tidak bekas penyair saja supaya gamblang? Enggak, dooong. Saya 'kan belum pensiun dari menulis puisi. Hanya saja, sekarang lebih sering menulis nonfiksi dan sedang jarang banget berpuisi tersebab kondisi.
Mari balik ke Antologi Puisi NENG NING NUNG NANG Menuju Satu Abad Tamansiswa 1922-2022. Hmm. Tentu saya amat senang dapat berkontribusi di dalamnya. Selain berkesempatan menyampaikan unek-unek terkait dunia pendidikan kita belakangan ini, berkesempatan pula menambah rekam jejak karya.
Alhamdulillah. Paling tidak motivasi hidup saya yang sedikit mengkeret jadi kembali mengembang. Andai kata tak satu pun puisi saya lolos kurasi, tentu saya patah hati.
Benar sih, patah hati itu nama tengah saya. Akan tetapi, hambokyao kalau bisa tak usah patah hati lagi Ya Allah .... #malahcurhat
O, ya. Puisi-puisi dalam buku ini ditulis oleh para penyair dari berbagai wilayah di Indonesia. Dari berbagai macam kalangan dan usia. Jumlah puisi dan penyair yang terlibat pun ratusan. Alhasil kalau dibaca-baca bagian biodata penyair, kita akan menjumpai eyang, pakdhe, budhe, om, tante, mas-mas, mbak-mbak, dan adik-adik.
Saya terhenyak ketika melihat profil Adelina Saragih. Dua puisinya lolos kurasi. Keren 'kan? Terlebih ia masih duduk di bangku kelas VII. Waduh! Betapa jauuuh jarak usia saya dengannya. Hahaha!
Dokpri |
Secara keseluruhan buku kumpulan puisi ini bagus dan inspiratif. Akan tetapi, patut disayangkan beberapa bagian di dalamnya mengalami salah ketik. Bukan satu dua melainkan satu dua tiga empat lima enam.
Ada pula halaman yang kualitas cetakannya bikin sedih. Huruf-huruf tidak terlihat dengan sempurna. Setengahnya terlihat, setengahnya tidak. Untung masih bisa dieja-eja kalimatnya.
Nah! Adakah di antara pembaca sekalian yang juga berkontribusi dalam antologi ini? Kenalan, yuk.
IDENTITAS BUKU
Judul:
Antologi Puisi NENG NING NUNG NANG Menuju Satu Abad Tamansiswa 1922-2022.
Kurator:
Nyi Umi Kulsum
Ki Sigit Sugito
Ki Marwanto
Penyunting:
Ki Pamuji Raharjo
Penerbit:
Kahade Institute Bekerja Sama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY
Tahun Terbit:
2021 (Cetakan pertama)
Ukuran Buku:
14,5 x 20,5
Tebal Buku:
xiv +238 hlm
ISBN:
9-786239-632946
Selamat untuk buku karyanya ya Mba.
BalasHapusAsik banget bisa merasakan sensasi seru berkolaborasi dengan teman teman satu alumni yang berbeda angkatan.
Terima kasih atas atensinya.
HapusBTW ini bukan antologi teman-teman sealumni, kok.
keren juga ada anak masih sekolah dan lolos kurasi. menarik juga ya, kak. saya jadi teringat masa2 sekolah dulu kita memang ada pelajaran untuk bikin karya puisi begini ya.. sayang dulu tidak terlalu ada fasilitas untuk publikasi karya
BalasHapusIya, zaman saya sekolah dulu pun terasa susah banget kalau mau menerbitkan buku.
HapusKalau ada salah ketik di tulisan baik itu artikel biasa maupun puisi, jadi mnegurangi makna ya mbak? Hehehe :D Wah, penyair kita nih mbak, ga mudah lho berpuisi. AKu aja kalau disuruh baca puisi rasanya mau nangis hahahaha :D Buku yang cakep nih patut dibaca saat me time.
BalasHapusYang jelas, typo alias salah ketik itu bikin naik darah dan mengurangi keraian. Hehehehe ...
HapusDari Judulnya menarik dan lucu kak. Sangat keren karya puisinya kak. Lancar terus buat karyanya ya kak
BalasHapusTerima kasih atas dukungannya, ya. Sukses pula buatmu, Kak.
HapusJudulnya unik ya. Pinter yang milih judulnya. Kontennya juga pasti beragam dan menarik. Selamat ya, karyanya bisa lolos kurasi.
BalasHapusTerima kasih banyak, Kak.
Hapusmantap banget mbak, ternyata mbak juga seorang penyair yaa. meskipun mengaku agak penyair hehe, saya kadang iri sama yang bisa menulis puisi dan mampu memahami bahasa puisi, angkat jempol lah. Dulu pernah belajar menulis puisi, tapi akhirnya kandas juga, saya merasa ga mampu hehe salut sama mbak dan adek kecil yang lolos kurasi puisi. barakallah
BalasHapusAlhamdulillah. Terima kasih sekali atas apresiasinya, Mbak.
HapusCukup bagus karyanya kak, puisi yang penuh makna. Aku salah satu yg suka puisi.
BalasHapusO, ya? Salam puisi.
HapusBukan penikmat bacaan puisi, namun saya selalu tertarik kepada para pembaca puisi yang bisa menuturkan kata demi kata dengan beragam intonasi suara dan pembawaan, nice review
BalasHapusHeheheh .... Terima kasih, Kak.
HapusJudul bukunya unik ya, selamat sudah ikutan berkontribusi di buku puisi yang bersejarah ini merayakan 100 tahun Taman Siswa semoga makin semangat berkarya ya
BalasHapusAlhamdulillah. Terima kasih sekali atas dukungan dan motivasinya, Mbak.
Hapus