Apa saja keistimewaan yang dimaksud?
Pertama,
tidak hanya berkisah tentang jalinan cinta asmara,
tetapi berkisah juga mengenai cinta
dalam pemaknaan yang lebih luas.
Contohnya mengenai cinta kepada sesama
(dalam memoar “Runtah”);
cinta antara ibu dan anak
(dalam memoar “Sakum dan Nasilah”).
Kedua,
keberaniannya berkisah tentang cinta yang tak lazim,
yaitu kisah percintaan di kalangan sesama jenis
(dalam memoar panjang yang berjudul “Sahabat”).
O, ya. Bila Anda sudah membaca cetakan pertama dari buku ini,
tentu belum pernah membacanya.
Memoar yang berjudul “Sahabat” dan “Mistery of Love”
baru ditambahkan pada cetakan kedua.
Ketiga, mengajak pembaca merenungi kehidupan
meskipun yang diceritakan adalah cinta
dengan segala variannya.
Misalnya memoar “Sahabat”
yang menyentil kesombongan keluarga
seorang reserse polisi kepada Dion.
Padahal secara ekonomi,
keluarga tersebut tergolong keluarga nyaris miskin.
Tak patut sama sekali untuk bersikap sombong.
Orang miskin kok sombong.
Sementara aturannya,
orang kaya raya sekalipun tak boleh sombong.
Padahal pula,
adik sang reserse polisi merupakan pencuri laptop
milik Dion.
Bahkan sebelumnya,
telah kepergok berkali-kali mencuri HP di tempat lain.
Kiranya itulah keunikan cara bercerita sang penulis.
Dalam sebuah memoar yang beraroma bucin pun,
ia sempatkan untuk menepuk bahu para pembaca.
Mengingatkan mereka tentang
nilai-nilai hidup di luar tema cinta.
Yang pastinya bisa kita pelajari atau ambil hikmahnya.
*bucin = budak cinta.*
Keempat, memberikan inspirasi dan motivasi
kepada pelajar/mahasiswa
yang uang jajannya pas-pasan,
untuk mau sekolah/kuliah sembari
bekerja atau berbisnis apa saja.
Misalnya dengan membantu berjualan gorengan
(dalam memoar “Obsesi”)
atau menjualkan aneka produk fesyen dengan cara konsinyasi
(dalam memoar “Penitipan Barang”).
Banyak dialog dan narasi ceplas-ceplos
yang menggelitik dalam buku ini.
Yang paling epik terdapat dalam memoar “Diplomasi Cinta”,
yaitu saat Morizon menolak cinta Dion.
Tentu saja Dion patah hati.
Namun, ia tidak sakit hati
sebab Morizon tidak menolaknya dengan marah-marah.
Atau, sampai merendahkan harga dirinya.
.... / “Aku, aku suka kamu.”/
“Kamu simpan saja perasaanmu itu. Kita berteman biasa saja.”?
/ .... /
“Jangan menangis, Dion. Ada orang yang melihat kita.
Kita lebih baik berteman.
Sangat diplomatis ‘kan jawabanku?
Karena kita sama-sama satu komunitas sastra.
Tidak perlu suka-sukaan begitu, ya?
Biasa saja seperti kamu berteman dengan yang lain.”
(halaman 180)
Demikianlah adanya DIPLOMASI CINTA Reborn.
Isinya cukup menghibur sekaligus menyadarkan kita,
betapa dalam hidup ini ada banyak makna dan bentuk cinta.
Ada cinta yang lazim, ada pula yang tak lazim.
Yang masing-masing tentu punya
konsekuensi tersendiri dalam hidup.
Sungguh menarik.
SPESIFIKASI BUKU
Judul: DIPLOMASI CINTA Reborn
Penulis: Ngadiyo
Penerbit: Penerbit Diomedia
Tahun Terbit: Mei 2020 (Cetakan Kedua)
Tebal: xii + 243 hlm
Ukuran: 13 x 19 cm
ISBN: 978-623-7880-05-9
Jadi ini bentuknya kumpulan cerpen gitu ya Mba? Atau kumpulan cerita nyata? Soalnya ada embel2 memoarnya, berasa diangkat jd true story jadinya..
BalasHapusMenurut estimasi saya, berdasarkan banyak pertimbangan dan data, saya meyakini kalau ini kumpulan kisah nyata yang disamarkan menjadi cerpen.
Hapus